"Apa motivasimu untuk menikah?"
Sepenggal pertanyaan itu meluncur dari Abah Ihsan di sesi PSPA (Program Sekolah Pendidikan Anak) yang diadakan di Aula Organisasi Wanita Kandangan, sekonyong-konyong membuatku merenung, kudengar dari semua penjuru ruangan berbagai jawaban peserta lain.
Ada yang menyahut menikah untuk punya anak dan bahagia,
Ada juga yang bilang bahwa menikah buat menggenapkan setengah agama,
sebagian yang lain menjawab jujur, menikah untuk menghalalkan yang haram.
Ada pula jawaban idealis -atau sok idealis- seperti untuk mempertahankan garis peradaban manusia.
Macam-macam jenis jawaban yang keluar membuatku semakin berfikir,
Ya, Buat Apa Aku Menikah?
Kalau pertanyaan itu ditujukan padaku, Jawabanku jujur saja, salah satu motivasiku untuk menikah adalah menjalin hubungan yang halal, dan membuat keluarga, yang jika dengan kata lain punya anak, kurang lebih ya sama saja dengan yang mereka bilang tadi.
Di PSPA hari sabtu itu aku terhenyak, tersadar, tertampar, bahwa ternyata aku yang kukira sudah mendidik anakku dengan baik ternyata belumlah benar-benar baik.
Aku memang sering menyisihkan waktu untuk menemani anak, tapi untuk membersamai anak, ternyata masih belum sempurna.
Aku masih sering main gadget saat menemani anak. Ragaku menemani anak,namun alam pikiranku tertuju ke layar smartphone.
Web pribadi abah Ihsan |
Mana yang lebih baik, anak-anak Broken Home atau Broken School?
Dulu bagiku anak-anak Broken school adalah anak menyedihkan.
Tapi sesudah aku menjadi anak Broken Home, aku akhirnya menyadari bahwa apapun yang terjadi di luar sana, rumah adalah tempat untuk kembali,
Asalkan ada rumah yang menaungi, ada orang tua serta keluarga yang hangat dan perduli, semuanya akan baik-baik saja.
Ya, tentunya aku tahu, karena aku pernah pulang kerumah yang 'kosong' dan penuh pertengkaran. Tidak enak, tidak nyaman.
Abah Ihsan mulai membeberkan bukti Home iÅŸ better than School, misalnya saja salah satu ilmuwan dunia Thomas Alfa Edison yang saat masih kecil dikeluarkan dari sekolah karena dianggap tidak mampu belajar dan kemudian dididik oleh ibunya dirumah dengan sabar.
Sekarang siapa yang nggak kenal Alfa Edison?
Si pemegang 1.093 hak paten, salah satunya bola lampu.
Si pemegang 1.093 hak paten, salah satunya bola lampu.
***
Kami sudah bergabung :) |
Pulang kerumah hari sabtu itu sangat berkesan.
Aku dan Bahnuuy sepanjang jalan Kandangan-Rantau terus berbicara tentang keluarga dan masa depan anak kami kelak.
Dalam hati kami berjanji, berjanji bahwa hal-hal yang kami tulis tadi akan benar-benar kami praktekkan.
Kami berjanji untuk menjadi Orang Tua Shalih, sebelum meminta anak-anak kami shalih :)
Kami berjanji untuk menjadi Orang Tua Shalih, sebelum meminta anak-anak kami shalih :)
Rantau, 11 Desember 2016.
Ditulis dengan penuh emosi dan tekad.
4 comments