Saya masih ingat bagaimana rasanya pas pertama kali menemukan Syuna saat masih usia 3 minggu jatuh ke samping tempat tidur, perasaan panik luar biasa dan ketakutan yang seketika menyergap. Waktu itu saya langsung merasa guilty habis-habisan, merasa marah dan kecewa. Merasa jadi ibu paling jahat sedunia, merasa lengah, merasa inilah-merasa itulah, jadi bad mom lah pokoknya.
Ya ya ya, terdengar super lebay, tapi memang begitulah perasaan saat itu.
Bahkan saya yang saat itu notabene tukang molor -nggak bisa ketemu bantal langsung tidur- malam itu mata saya tahan melek nyaris semalam. Saya terjaga sampai subuh datang, menghabiskan waktu dengan menyalahkan diri sendiri.
Bahkan saya yang saat itu notabene tukang molor -nggak bisa ketemu bantal langsung tidur- malam itu mata saya tahan melek nyaris semalam. Saya terjaga sampai subuh datang, menghabiskan waktu dengan menyalahkan diri sendiri.
Nggak puas marah-marah sama diri sendiri, saat itu saya juga menumpahkan rasa panik dengan marah-marah dengan suami, kok bisa dia nggak sadar gerakannya saat tidur itu mengganggu bingit sampai anaknya yang masih bayi unyu bisa jatuh. Kok bisa-bisanya sih abah???
*banting breast pump*
Bukan marah-marah beneran sih karena saya sadar diri kalau saya tidur juga sering mimpi jadi Tsubasa, lagian waktu itu dirumah mertua. Yakali ngomel-ngomel sama suami. Hahaha.
Cuma ada satu subjek yang bisa menjadi sasaran disitu, yaitu suami.
*banting breast pump*
Bukan marah-marah beneran sih karena saya sadar diri kalau saya tidur juga sering mimpi jadi Tsubasa, lagian waktu itu dirumah mertua. Yakali ngomel-ngomel sama suami. Hahaha.
Oh iya, gara-gara saya melampiaskan perasaan, suami juga waktu itu merasa bersalah, tapi saya nggak marah heboh lah,
Saya cuma melampiaskan kemarahan saya dengan 2 kata singkat sama paksu dengan muka super jutek dan nada ketus, dua kata penuh penekanan dan perasaan yang meluap-luap.
Saya cuma melampiaskan kemarahan saya dengan 2 kata singkat sama paksu dengan muka super jutek dan nada ketus, dua kata penuh penekanan dan perasaan yang meluap-luap.
"KAN, MAKANYA"
Saya masih ingat muka paksu waktu itu yang pasrah dan super menyesal, ya apa boleh buat sih, sama-sama kurang tidur ini yakan. Hehe
Tapi ya mau gimana lagi juga, emosi saya meledak, rasa bersalah-rasa marah-rasa sedih-rasa panik, semuanya campur aduk, dan BOOM!Cuma ada satu subjek yang bisa menjadi sasaran disitu, yaitu suami.
(Maafken kelakuan saya yeeee bah, hohohoo...)
Wah, jatuh nih, sakit pasti ya?
Kepalanya gimana nih? Benjol nggak?
Nanti ganggu perkembangannya nggak? Mesti kedokter nggak?
Mesti dirontgen nggak sih ini? Gimana kalau bla bla bla
DLL DST DSB.
Judge me lah kalau lebay, mama baru ini panikan luar bisa memang, sampe sana cobak mikirnya, jauuuuuh banget, macam salah klik tombol reaktor nuklir.
Oh iya, kronologisnya belum cerita ya, jadi gini... Malam itu habis Syuna jatoh dari tempat tidur, tangis Syuna pecah, nangisnya itu lebih kencang daripada biasanya. Mendengar itu, Nene pun langsung ribut dan keluar dari kamar beliau menuju ke kamar kami, takut cucunya kenapa-napa.
Saat itu kami orang tua baru, beliau nenek baru. Sama-sama parnoan. wkwkwk.
Saat itu kami orang tua baru, beliau nenek baru. Sama-sama parnoan. wkwkwk.
Tapi kami nggak mungkin bikin ribut satu rumah dong tengah malam gitu, segan euy. Jadi kami bilang aja gapapa.
Ne, Kek, nggak ada apa-apa, semuanya oke!
Padahal waktu bilangnya itu jantung kami berdua masih berdegup kencangbagaikan genderang mau perang. Sok rileks deh, pake acara bohong-bohong dikit.
Bukannya apa-apa yee, menghindari bapak mertua tensinya naik doang kok.
Ne, Kek, nggak ada apa-apa, semuanya oke!
Padahal waktu bilangnya itu jantung kami berdua masih berdegup kencang
Bukannya apa-apa yee, menghindari bapak mertua tensinya naik doang kok.
Begitu Nene kembali lagi ke kamar dan suasanya sunyi lagi, kami langsung ngecek lagi gimana posisi jatuh Syuna. Hmmm... untungnya karena alasan kamar jarang ditempati dan juga kondisi luka episiotomi saya waktu itu belum sembuh, jadi waktu itu kami nggak tidur diatas ranjang yang tinggi.
Tempat kami tidur cuma springbed biasa, kalau dihitung jarak dengan lantai kira-kira setengah jengkal. Selain itu lantai kamar dirumah Nene dari kayu dan Syuna juga tidur di tempat tidur bayi khusus, jadi waktu dia jatuh sebenarnya juga dia masih dalam berposisi terbaring ditempat tidurnya itu, nggak langsung menyentuh lantai.
Ibarat motor, dua roda depannya amblas, jadi tempat tidurnya miring dan dia ikut-ikutan jadi berbaring 45 derajat ke lantai.
Kayanya nggak sakit sih, tapi terkejutnya itu pasti, wong biasanya kan digendong selalu posisi princess yang super pewe.
Tempat kami tidur cuma springbed biasa, kalau dihitung jarak dengan lantai kira-kira setengah jengkal. Selain itu lantai kamar dirumah Nene dari kayu dan Syuna juga tidur di tempat tidur bayi khusus, jadi waktu dia jatuh sebenarnya juga dia masih dalam berposisi terbaring ditempat tidurnya itu, nggak langsung menyentuh lantai.
Ibarat motor, dua roda depannya amblas, jadi tempat tidurnya miring dan dia ikut-ikutan jadi berbaring 45 derajat ke lantai.
Kayanya nggak sakit sih, tapi terkejutnya itu pasti, wong biasanya kan digendong selalu posisi princess yang super pewe.
Untuk mencegah kejadian itu terulang, sejak malam itu Syuna tidur ditengah-tengah kami, nggak ada pelukan pasutri sebelum tidur lagi karena kami berdua sama-sama jadi trauma peristiwa bayi jatuh, kami lebih ikhlas buat skip aktivitas cuddling daripada mesti mengulang perasaan guilty.
Selesai? beres! Ya habis itu suasana kemudian menjadi tenang dan kondusif sih.
Selesai? beres! Ya habis itu suasana kemudian menjadi tenang dan kondusif sih.
Tapiii... Emang udah takdir kali ya, suasana tenang nggak berlangsung lama karena menjelang Syuna bisa merangkak, entah kenapa dia mewarisi watak tidur emaknya waktu kecil yang mirip gasing, nggak bisa diem. Pas tidur kepala pada tempatnya di bantal, pas bangun- bangun besoknya udah berputar 360 derahat, Illaho robbi
Dan akibatnya ya gitu deh, usia 3 bulan dia akhirnya jatuh lagi, namun kali ini dari ranjang di rumah kami yang lebih tinggi.
Ah, intinya sejak peristiwa jatuh-jatuh itu kami nggak mau resiko lebih besar lagi.
Iya, kemaren pertama kali jatuh cuma 45 derajat diatas box tidur, kemudian jatuh kedua dari atas ranjang ke lantai kayu, nah jadi parno siapa tahu ada peningkatan negatif nanti jatuh diatas lantai yang semen ><
Iya, kemaren pertama kali jatuh cuma 45 derajat diatas box tidur, kemudian jatuh kedua dari atas ranjang ke lantai kayu, nah jadi parno siapa tahu ada peningkatan negatif nanti jatuh diatas lantai yang semen ><
Makanya habis itu kami modal sedikit buat beli bed tipis supaya Syuna yang aktif tetap bisa bermain di bawah dan kalo bisa bobok juga dibawah nggak mesti ke atas ranjang, kalo nggak salah kemaren harganya sekitar 200 ribu, yang murah itu loh, isinya nggak kapuk tapi kain perca. Jadi emang kurang empuk sih kalau buat bobo, tapi ya nggak papa lah.
Demi, demi.
Apa aja yang perlu diperhatikan saat bayi jatuh sih, dari yang kubaca-baca gini~
DON'T PANIC!
Perhatikan posisi bayi dulu, perlu diketahui kalau kepala bayi under 2yo masih mostly tulang lunak terlebih di ubun-ubunnya, tulang lunak ini punya meredam efek benturan, jadi katanya emang beda sama tulang kepala kita-kita yang udah tuwir ini. Subhanallah ya, emang desainnya dari sono udah gitu.
EH, jadi perlu di CT scan nggak tuh?
Sebaiknya perhatikan dulu aktivitas anak max 3x24 jam, atau paling nggak 12-24 jam, jangan terburu-buru dulu lah. Scan itu pakai sinar-sinar gitu ya, padahal beberapa lapisan rontgen sebenernya kan juga punya efek radiasi yang nggak bagus buat anak. Huhu...
Kesuburan misalnya, yang pria dewasa aja kalau terpapar sinar rontgen bisa pengaruh ke kualitas sperm, nggak tau lah yang bayi belum sempurna pertahanan tubuhnya. Tapi saran saya sih kalau nggak darurat nggak usah aja.
Kesuburan misalnya, yang pria dewasa aja kalau terpapar sinar rontgen bisa pengaruh ke kualitas sperm, nggak tau lah yang bayi belum sempurna pertahanan tubuhnya. Tapi saran saya sih kalau nggak darurat nggak usah aja.
Tapi gimana pun juga bukan berarti anti ke rumah sakit juga, kalau udah urusan benturan kepala emang jangan disepelekan ya, bahaya!
Pertama karena dikepala kan ada otak, pengatur segala-gala-galanya, perlu banget tahu gimana tanda-tanda kalau ada yang salah pasca benturan kepala pada anak.
Kalau ada tanda-tanda begini, langsung cuss IGD yo mas & mba:
Pertama karena dikepala kan ada otak, pengatur segala-gala-galanya, perlu banget tahu gimana tanda-tanda kalau ada yang salah pasca benturan kepala pada anak.
Kalau ada tanda-tanda begini, langsung cuss IGD yo mas & mba:
- Anak terus-menerus menangis sampai berjam-jam.
- Lemas & muntah-muntah (bukan karena makanan).
- Kehilangan kesadaran atau mata tidak fokus. (Habis nangis emang kadang suka capek terus tidur tapi ya)
- Nggak seimbang (disorientasi).
- Ada satu pupil mata yang membesar.
- Anak jadi tidak responsif, susah dibangunkan, atau malah nggak bisa dibangunkan (!!!)
Nah, kalau ada satu atau beberapa tanda diatas langsung aja hubungi dokter atau langsung ke Instansi gawat Darurat. In case, penolongan pertama secepat mungkin pasti bisa meminimalisirkan efek yang ada (kalau emang ada).
Kalau Syuna kemaren jatuh kedua kali itu ada benjol dikiiit banget, cuma dioles minyak kayu putih doang aja tapi, Alhamdulillah nggak papa, jatuh ya jatuh aja gitu, nangis bentar terus ketawa lagi.
Ya namanya anak bayi masih belum bisa dikasih tau gimana yang bener kan :D
Tapi kalau buat anak berikutnya nanti (ehemmmm...) pastinya udah punya pengalaman dong, nggak lagi-lagi deh kejadian serupa terulang, no more guilty and apologize all night long.
Ada tips-tipsnya supaya anak bisa ditinggal sementara dalam waktu singkat kalau emang ada keperluan yang sangat mendesak, sebut saja misalnya pengen pup, nggak mungkin di delay macam pesawat kan? Pake 3 tips ini aja~
1. Alihkan pake mainan favoritnya atau diajak nonton youtube pakai kartun menarik. mode offline lebih direkomendasikan, atau download sekalian. Kalau darurat bayi boleh kok maen smartphone yha.
sumber: twitter @KeluargaKitaID |
Kalau Syuna kemaren jatuh kedua kali itu ada benjol dikiiit banget, cuma dioles minyak kayu putih doang aja tapi, Alhamdulillah nggak papa, jatuh ya jatuh aja gitu, nangis bentar terus ketawa lagi.
Ya namanya anak bayi masih belum bisa dikasih tau gimana yang bener kan :D
Tapi kalau buat anak berikutnya nanti (ehemmmm...) pastinya udah punya pengalaman dong, nggak lagi-lagi deh kejadian serupa terulang, no more guilty and apologize all night long.
Ada tips-tipsnya supaya anak bisa ditinggal sementara dalam waktu singkat kalau emang ada keperluan yang sangat mendesak, sebut saja misalnya pengen pup, nggak mungkin di delay macam pesawat kan? Pake 3 tips ini aja~
1. Alihkan pake mainan favoritnya atau diajak nonton youtube pakai kartun menarik. mode offline lebih direkomendasikan, atau download sekalian. Kalau darurat bayi boleh kok maen smartphone yha.
2. Buat perisai dgn bantal guling. As always, tiap kali pengen keluar sebentar misalnya ke dapur buat mematikan kompor habis teko rebus sudah berbunyi saya pasti menerapkan barikade bantal guling ini, meskipun bayi tidur dengan posisi yang membuat kita mikir dia-nggak-mungkin-gerak-kesini, harus teteup lah.
Syuna jatuh yang kali kedua itu gara-gara ditinggal ke kamar mandi sebentar tanpa barikade soalnya :(
Syuna jatuh yang kali kedua itu gara-gara ditinggal ke kamar mandi sebentar tanpa barikade soalnya :(
3. Railguard. Dua tips diatas bekerja maksimal pada bayi yang masing belajar buat bolak-balik badan, kalau misalnya bayi udah mulai tengkurap dan merangkak, sebaiknya lebih aware lagi, paling nggak pake Railguard, atau dimasukin dalam baby box sekalian.
Supaya apa? supaya dia nggak jatuh, untuk sementara doang ya.
Ditinggalnya jangan lama-lama, ntar dikira bayinya aman terus bisa ditinggal ke pasar nyari bahan MPASI, jangan dong ah. hehe.
Nah, itu aja pengalamanku soal bayi terjatuh dari tempat tidur dan beberapa poin penting yang kupelajari dari peristiwa itu. Nggak banyak sih, tapi siapa tau berguna. hehe
Kalau kamu, punya pengalaman seputar bayi jatuh juga nggak?
sumber: lelong.my |
Ditinggalnya jangan lama-lama, ntar dikira bayinya aman terus bisa ditinggal ke pasar nyari bahan MPASI, jangan dong ah. hehe.
Nah, itu aja pengalamanku soal bayi terjatuh dari tempat tidur dan beberapa poin penting yang kupelajari dari peristiwa itu. Nggak banyak sih, tapi siapa tau berguna. hehe
Kalau kamu, punya pengalaman seputar bayi jatuh juga nggak?
32 comments
Dulu Kalki fan Kavin juga pernah jatuh saat bayi. Yang nyeremin itu Kavin karena baru 2 mingguan dia ditaruh di atas meja buat ganti popok eeh kakinya dorong-dorong sampai dia jatuh kepalanya duluan. Untung ada alas kasur bayinya yang nahan dia ga membentur lantai.
Sejak punya pengalaman ga enak, suami nurunin spring bed ke lantai dan dialasi karpet.
Anak kedua sampe skr udh jtuh 3x :(.. Duuh itu aku jg panik mba. Tp untungnya jg ga kenapa2 stlh diperiksa dan tanda2 di atas ga ada sih. Trutama kalo kita sdg traveling, aku berusaha minta kamar yg kasurnya double bed drpd twin single. Biar si bayi bisa tidur di Antara aku dan papinya
Alhamdulillah dedek Syuna gapapa ya, dengan adanya tulisan ini nantinya para orang tua baru juga bisa terbantu mengatasi kepanikannya menghadapi kemungkinan seperti ini.
Alhamdulillah nggak apa2. Cuma kmren cerita sm temen yg udah senior katanya anaknya ada yg mesti operasi gara2 jatuh dari tempat tidur, makanya jadi horror bgt mba :(
Eh ternyata setiap anak beda2 toh :)
Untuk menghindari kayak2 gitu, dari sejak aku sehat habis lahiran, tempat tidur dipreteli Mbak. Jadi tidur beralas kasur dan karpet dobel2. Harus sering dijemur juga, karena daerahku dingin, lembab. Sebenere takut paru2 kenapa2 juga. ALhamdulillah baik aja. Setelah agak besar, dipasang lagi tempat tidurnya
Itu gambarnya sekedar ilustrasi aja uyy ((ngeyel))
Yuk ah cepetin nikahnya :p *loh
Kaka Qori aja pinter tuh :D
kalau bayi, memang resikonya jauh lebih besar karena masih dalam proses pertumbuhan. makanya harus pakai pembatas ya min bantal guling :)
Alhamdulillah nggak papa. Jangan panik ya mba :)
untung dah dapat ilmunya agar tetap waspada tanpa panik saat bayi jatuh :)