Ikut Test IVA di Puskesmas, Cara Mudah dan Murah Deteksi Kanker Serviks - Saya pertama kali mendengar soal tes IVA itu saat pergi ke Posyandu sekitar sebulan yang lalu. Waktu lagi lagi booming berita berpulangnya salah satu selebriti tanah air karena kanker servik.
Saya pikir, ya mungkin gara-gara itulah sore itu hampir semua ibu-ibu di antrian posyandu komplek saya jadi pada membahas soal kanker servik.
Ya rada aneh waktu itu, tumben-tumbenan, kok nggak bahas sinema india. 😛
Terus saya liat spanduk di depan posyandu yang bertuliskan tentang hari kanker wanita. Spanduknya terlihat masih bersih, mungkin baru kemarin dipasang.
Lagi, begitu lebih lanjut saya perhatikan kalau kader posyandu yang datang hari itu pun lebih banyak daripada biasanya.
Hmmm... saya jadi penasaran ada apa dengan posyandu hari ini yang nampak lebih istimewa :)
Sesudah menunggu beberapa saat sambil ngobrol dengan ibu-ibu kompleks. Posyandu akhirnya dimulai. Kegiatan awalnya tetap sama seperti posyandu yang biasanya, acara pemantauan kurva KMS. Saya dibantu ibu petugas posyandu menimbang berat dan juga mengukur tinggi badan Syuna, sesudah selesai, saya pun duduk manis sambil memangku Syuna yang asyik makan cemilan sehat pembagian ibu kader, yaitu bubur kacang hijau plus bubur sayur. Nyum-nyum~
Hmmm... saya jadi penasaran ada apa dengan posyandu hari ini yang nampak lebih istimewa :)
Sesudah menunggu beberapa saat sambil ngobrol dengan ibu-ibu kompleks. Posyandu akhirnya dimulai. Kegiatan awalnya tetap sama seperti posyandu yang biasanya, acara pemantauan kurva KMS. Saya dibantu ibu petugas posyandu menimbang berat dan juga mengukur tinggi badan Syuna, sesudah selesai, saya pun duduk manis sambil memangku Syuna yang asyik makan cemilan sehat pembagian ibu kader, yaitu bubur kacang hijau plus bubur sayur. Nyum-nyum~
Nah. begitu selesai ternyata emang ada acara lanjutan, yaitu Sosialisasi tentang kanker serviks.
Hmmm, sebagai perempuan mesti tahu nih, batin saya. ^^
Sosialisasi dibuka dari berita terbaru yang tadi saya bilang, pastinya udah tau dong yah?
Betul, almarhumah Yulia Rahmawati aka Julia perez.
Berkaca dari kasus beliau, seyogyanya kita sebagai perempuan memang sangat-sangat-perlu menaruh perhatian lebih pada kesehatan organ dalam kewanitaan kita. Right?
Bukan cuma kesehatan organ dalam atau kecantikan aja. Lebih spesifik lagi, kesehatan organ reproduksi.
Sesudah pelajaran singkat dari JuPe. Selanjutnya, kami diperkenalkan dengan apa itu serviks, dan apa itu kanker serviks.
Eits, beda loh ternyata :D
Singkatnya begini, serviks adalah leher rahim, dan kanker adalah sel abnormal yang merusak organ disebabkan oleh HPV (Human Papilloma Virus) onkogenik, tipe 16 dan 18. Jadi kanker serviks adalah kanker yang menyerang organ serviks. Singkatnya, selain berbahaya karena tergolong tumor ganas, kanker serviks jelas berpengaruh pada sektor reproduksi karena berkaitan dengan rahim.
Saya sebenarnya lumayan terkejut dengan pemaparan ibu-ibu kader sore itu, karena ternyata begini, kanker leher rahim atau kanker serviks merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh perempuan di Indonesia.
Data rumah sakit sentral Indonesia terdapat 15.000 pasien baru kanker leher rahim setiap tahunnya, dan 8.000 diantaranya meninggal dunia. :(
Yang secara statistik, hampir setiap 1 jam terdapat 1 perempuan yang meninggal di Indonesia akibat kanker leher rahim.
Perbandingannya, di dunia setiap 2 menit ada satu wanita meninggal akibat kanker serviks.
Wah, banyak yaaa 😵
Faktor Risiko
Ibu bidan yang jadi kader hari itu kemudian memaparkan penyebab atau faktor risiko yang bisa menjadi pendukung terjadinya kanker leher rahim, lumayan banyak lho, misalnya:
- Kawin di usia muda (saat berada dibawah usia 20 tahun)
- Berganti-ganti partner seks.
- Melahirkan banyak anak.
- Infeksi pada kelamin (Infeksi Menular Seksual)
- Merokok
- Kekurangan vitamin A, C, atau E
Nggg... oke oce, poin 2-5 itu sepertinya tidak atau belum saya lakukan.
Saya komitmen sampai mati cuma punya satu partner yaitu suami, saya suka makan buah sayur, dan saya tidak merokok.
Tapi ya jelas, saya melanggar poin nomor 1 karena saya kawin muda. hahaha😅
Widih, gimana nih? Berarti saya masuk faktor resiko dong! :o
Terus, ngomongin gejalanya nih, ternyata kanker leher rahim tidak menimbulkan keluhan atau gejala pada tahap awal. Hng.... silent killer lah dia ini :(
Gejala klinis hanya terasa pada stadium kanker yang sudah lanjut, tapi kanker serviks ini punya gejala umum yang bisa dirasakan: misalnya kadang ada pendarahan di luar masa haid atau pendarahan saat sanggama ataaaau keputihan yang berbau dan bercampur darah.
Saran saya, kalau ada salah satu tanda itu, jangan segan ke dokter ya? 😊
Penasaran dong, habis tau faktanya kanker servik adalah kanker perempuan nomor satu di Indonesia dan gejalanya cuma diketahui saat sudah stadium lanjut itu jadi pengen tahu lanjutannya.
Maklum lah, karena saya termasuk orang yang memiliki faktor resiko, saya jadi bertanya-tanya, adakah cara yang efektif untuk mendeteksi kanker serviks?
Oh ternyata ada! Deteksi dini kanker leher rahim bisa dilakukan dengan secara rutin dan berkala minimal 3 tahun sekali melakukan 2 hal, yaitu Pap Smear yang sudah dikenal masyarakat serta Tes IVA.
Saya belum pernah keduanya, Heu.
Mau nyoba ah...
Tapi jiwa emak-emak pun melolong keras, alarm alami orang nggak banyak duit: peringatan terhadap isi dompet.
Bentar, kalau periksa pap smear atau tes IVA bakalan mahal nggak sih? *buka dompet yang udah usang*
Oh, ternyata ada berita gembiraaa...
Di akhir posyandu hari itu, ada pengumuman kalau akan diadakan test IVA massal di Puskesmas deket rumah saya, geratisss... 😄😆
Onde mande, jelas dong saya daftar, cuma modal fotokopian Kartu Tanda Penduduk (KTP) doang coba. hihi
Ya memang sih, sebenarnya biarpun bayar pake dana pribadi, test IVA cuma dikenakan biaya 25 ribu rupiah, tapi rame-rame test IVA itu ternyata seru juga, meskipun awalnya rada takut-takut membayangkan gimana bakalan di cek, toh hasilnya memang sepadan karena kan mencegah lebih baik daripada mengobati :)
Eh jangan sampai lupa nih, kalau ada yang belum tahu IVA, saya perlu ngasih info kalau dia bukan nama orang, tapi singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat.
Yups, sesuai namanya, IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan pemberian asam asetat. Yes, asam asetat alias asam cuka, metode ini memiliki keakuratan sangat tinggi yaitu 90%, waktu periksanya pun tergolong singkat yakni sekitar 60 detik alias cuma satu menit doang.
- Sudah melakukan hubungan seksual, mau 17 taun kebawah juga boleh kalau sudah pernah 😉
- Tidak sedang datang bulan/haid. Jelas ya, tunggu menstruasinya selesai dulu.
- Tidak sedang hamil
- 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual. Karena... Ya ketauan aja gitu kalau baru aja HB. 😜
Jangan dibayangkan kalau testnya itu di tengah-tengah orang banyak juga ya, karena prosedur skriningnya sendiri diwajibkan untuk dilakukan di ruangan tertutup dan juga mesti di atas meja periksa ginekologis.
Pengalaman saya kemarin sih, pergi ke puskesmasnya pakai rok dan terus dilapis lagi sama celana panjang. Buat jaga-jaga, ya kalau disuruh lepas bisa milih yang mana yang lebih enakan. Gituu.
Ternyata nggak disuruh lepas full pinggang ke bawah, saya masih boleh pake rok kok.
Jadi roknya cuma disibak dengan kita posisi berbaring dan mengangkang karena bakalan 'dibuka' sedikit pake alat buat melihat dan juga dilakukan test IVA nya. Kira-kira posisinya mirip sama posisi melahirkan gitu deh ^^
sumber: www.rsiafatma-bjn.blogspot.com |
Cepet banget prosesnya, lebih lama antri masuknya. Hahaaha...
Nah, waktu itu sembari diperiksa, ibu bidan dalam ruangan juga ngajakin ngobrol ringan supaya saya nggak tegang, beliau nanya-nanya soal anak udah berapa, umurnya berapa, udah bisa apa. Yaa jadinya nggak tegang-tegang amat. Jangan tegang ya, nanti sakit.
Kalau dirunut-runut emang banyak juga kelebihan test IVA ini , misalnya: Harganya yang terjangkau, prosedurnya mudah, praktis, dan juga langsung dapat disimpulkan hadilnya itu normal (negatif) atau positif (ada lesi)
Jika ditemukan ada kelainan pada Tes IVA, yaitu positif pra-kanker (gejala kanker), dapat diobati dengan krioterapi. Yaitu pengobatan dengan pendinginan (dengan gas dingin) efek samping ringan dan mudah diatasi.
sumber: seenco.com |
Kapan Harus Skrining?
Menurut WHO, begini regulasinya:
- Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun.
- Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun.
- Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.
- Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun
Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan. ^^
Kesimpulannya, jangan takut buat ikutan test IVA di Puskesmas, selain langkahnya mudah dan biayanya juga murah. Pengalamanku membuktikan kalau test IVA nggak sakit sama sekali. Dan Alhamdulillah, langsung tahu kalau hasilnya negatif :D
Yuk, Ikutan test IVA juga!
Salam sehat dari Angelina Zulaeha. wakakakak
23 comments
Semoga kita semua diberikan kesehatan. Aamiin
*kepo deh gue :P
www.rima-angel.com
Tp penasaran benernya..
Tapi coba aja dulu mba Winda tanya, kalau bayar juga masih murah kok ;)
Ahh, disini pengumuman posyandu aja kyk orang kumur2.. Pernah datang sesuai jadwal yg diberi ditabel tyt ga ad jadqal posyandu.. 😂😂
Semoga bermanfaat ya mama Nameera ^^
Ulun malahan belum pernah pap smear, duluan IVA ini :)