Pengalaman Mengatasi Kehamilan Sungsang - Masa kehamilan pertama saya rasanya begitu nano-nano. Ya, nano-nano karena ada beragam hal baru yang saya alami, dari manis sampai asem, dari senang sampai sedih. Dan yang paling berkesan diantaranya adalah
saat saya masuk rumah sakit karena terkena demam berdarah dengue (DBD) di bulan ke-6,
dan juga posisi bayi sungsang di bulan
ke-7.
Saya ada menuliskan pengalaman saya saat terkena DBD di blogpost saya beberapa bulan yang lalu. Barangkali ada yang tertarik mau membaca ^_^
Saya bukan termasuk orang yang memeriksakan kehamilan saya rutin
setiap bulan. Saya hanya pergi USG jika memang dibutuhkan.
Dan menurut DSOG
saya waktu itu, sebenarnya idealnya kegiatan ultrasonografi selama masa
kehamilan hanya sebanyak tiga kali. Nggak perlu setiap bulan seperti orang
kebanyakan.
Daaaaan, karena kata-kata beliau itu, efeknya saya jadi terlalu
selow untuk urusan USG. Santai banget malahan. 😂
USG pertama saya kalau nggak salah pas bulan ke-4. Padahal Syuna anak
pertama yaaa 😜
Tapi itu juga karena pas lagi sibuk-sibuknya kerja sama kuliah sih, waktu itu belum tahu kalau USG 3x aja cukup.
Pas periksa pertama kali itu baru dikasih tau sama dokternya. Dan Alhamdulillah lega, sebelumnya agak-agak khawatir juga karena terlambat melakukan USG. 😅
Selain USG yang minimalis, waktu itu saya juga hanya periksa
USG 2D, nggak pernah periksa 3D. Soalnya nggak di cover sama BPJS #eh.
Ya memang sih, di klinik tempat kerja dulu itu kalau karyawan yang
periksa biayanya digratiskan, dan disana ada dokter spesialis kandungan, juga tersedia fasilitas USG 4D juga. Tapi saya yang merasa nggak enak sama dokter obgyn-nya karena nggak bayar apa-apa.
Jadi akhirnya saya lebih memilih ke puskesmas dan meminta rujukan agar diperiksa ke Rumah Sakit.
Nah, memang soal USG ini tergantung pada orangtuanya sih. Hehe...
Ada orang tua yang kangen pengen melihat si kecil di layar
monitor ultrasonografi setiap bulan.
Ada orang tua yang pengen memastikan keadaan buah hatinya disana bagaimana
secara rutin.
Ada orang tua yang penasaran si jabang bayi bakalan mirip Bunda atau Bapaknya.
Well, itu kan
hanya masalah prosedural, saya belum pernah dengar ada dokter obgyn yang
melarang USG tiap bulan, meski juga ada dokter obgyn yang memberi himbauan USG
seperlunya saja seperti obgyn saya yang tadi.
Jadi menurut saya sih, tetap sah-sah
saja kontrol rutin. 😁
Tapi seperti yang sudah saya bilang tadi, kalau saya sih
waktu itu nggak rutin tiap bulan. Tapi rutin setiap waktu yang penting.
Dari yang saya ingat dan baca-baca, waktu yang penting untuk
melakukan USG itu ada 3:
1. Di minggu ke-12 untuk memastikan kantung kehamilan dan
juga detak jantungnya.
2. Di minggu ke-20 untuk mengetahui ada kelainan anatomi atau tidak, karena di
minggu ini struktur anatomi sudah terbentuk dengan jelas.
3. Di bulan ke-7 untuk memastikan posisi bayi, sudah benar atau masih belum,
alias sungsang.
Nah, pas USG ini nih saya tahu bahwa waktu itu Syuna
sungsang.
Kalau nggak salah waktu itu pas akhir bulan ke-5 apa pertengahan
bulan ke-6 gitu (Catatannya ketinggalan di rumah di Kalimantan, maafkeun jadi
nggak bisa ngecek 🙁)
Ah iya, pokoknya pas seminggu saya dirawat untuk menaikkan
trombosit hasil terinfeksi DBD itu, Syuna udah dalam posisi
sungsang dalam perut.
Kiri: Posisi Normal Kanan: 3 macam posisi sungsang janin |
Saya masih ingat betul, saat itu bertentangan dengan saya
yang melakukan USG hanya pada saat penting, obgyn dari poli kandungan Rumah
Sakit nyaris setiap hari meminta saya untuk cek gerakan dan kondisi si janin
via layar ultrasonografi. Kira-kira seminggu itu di USG sekitar 5 kali deh.
Jadi saya bisa dibilang udah keeeenyaaang banget dengan
aktivitas buka perut-oleskan gel-letakkan alat-lihat layar ini.
Hafal, gaes! 😂
Oke, kali ini saya
pengen sharing sedikit soal pengalaman saya waktu hamil sungsang dulu,
tips-tips supaya si bayi mau balik ke posisi yang seharusnya yakni kepala
dibawah dan kaki diatas (kepala masuk panggul atau istilah medisnya disebut posisi vertex).
Siapa tahu ada yang sedang membutuhkan juga. ^^
Yuk, langsung
aja!
PENGALAMAN MENGATASI
KEHAMILAN SUNGSANG
1. Tetap tenang.
Nah, karena nggak begitu bahaya dan resiko dari kehamilan posisi sungsang, saya waktu itu
nggak ada khawatir sama sekali soal posisi baby Syuna yang sungsang.
Yang saya
bold dari omongan dokter dan bidan hanya soal kesehatannya. Bagi saya yang
penting janinnya sehat. Alhamdulillah.
Yang ribut malahan kakak, mama, sama
mama mertua. Hahaha...
Iya, kalau ingat itu saya rasanya pengen ketawa. Saya yang
beresiko, tapi mereka yang nyaris tiap hari sounding saya buat melakukan ini-itu supaya baby Syuna balik ke posisi awalnya.
Hmm, Syuna, you’re loved since in my womb.
Ah, iya, keep calm itu penting lho, karena emang katanya
jangan stress karena bayi usia segitu emang kegiatannya berenang di dalam air
ketuban, masih hobi muter-muter di perut emaknya.
Ekplorasi! Kata si janin :D
2. Ajak Bayi Ngomong (hypnotheraphy)
Saya dulu sering ngelus perut hamil sambil ngajak Syuna
ngobrol. Bahagia, sedih, semuanya saya omongin sama si perut.
Termasuk ngomong
soal sungsang ini. Ya emang sih dia nggak bakalan jawab, tapi rasanya lega aja
kalau habis ngomong. 😆
Apalagi katanya janin sudah bisa mendengar suara-suara sejak bulan ke-3. Jadi saya yakin waktu curhat itu dia denger.
Saya percaya
Syuna anak yang nggak rewel dan ngerti omongan emaknya, jadi sambil berbaring
atau sujud (yang no.3 dibawah habis ini), saya juga sambil sounding si baby.
Dan somehow menurut saya yang ini juga ngefek sama kejadian
sungsang yang saya alami. Wong kalau habis saya ajak ngomong hepi-hepi aja pasti deh tuh perut
benjot kesana kemari. Mungkin Baby Syuna merespon perasaan bahagia saya dan ikutan senang. Hihi...
Kalau dia denger emaknya kesulitan dengan posisinya di dalem, pasti deh dia mau muter dikit juga. 😊
3. Sujud & Knee Chest.
Ah, kalau ditempat saya, bila hamil sungsang pasti disuruh sering-sering sujud sama orang-orang, bahkan sama orang awam juga gitu.
Waktu itu saya disuruh sujud sekitar 3-5x sehari dengan
durasi tertentu, sekitar 7-10 menitan. Tapi saya kadang sering molorin durasinya sampai
15 menit. Kalau kebablasan lebih dari 20 menit, hasilnya saya ngantuk, jadi
pengen bobok. Hehehe...
Nah, ternyata
di barat sujud dengan kaki yang sejajar pinggul dan dada sejajar lutut ini
disebut juga dengan posisi knee chest, dan termasuk olahraga yang disarankan saat hamil.
Ah, dulu saya juga nggak ikutan senam hamil, cuma jalan-jalan doang olahraganya, jadi kurang tau deh soal senam hamil ini 🙁
Oh iya balik lagi ke Knee chest. Posisi yang satu ini katanya bagus
dilakukan saat kehamilan memasuki periode 32-35 minggu. Idealnya dilakukan saat
perut dalam keadaan kosong (habis makan rawon berarti nggak ideal yah? 😝)
serta saat si bayi dalam keadaan aktif.
Posisi Knee Chest Sumber: Parent Resource Network |
Dari sebuah
sumber, durasi posisi knee chest ini bisa dipertahankan selama 10 sampai 15
menit dengan frekuensi 3x sehari.
Selain sujud & knee chest (saya nggak tahu apakah ada perbedaan efek yang besar dari 2 gerakan ini, tapi kalau dari posisinya yang mirip sih menurut saya yang awam efeknya sama aja kali ya? 😆)
Pada
prinsipnya, gerakan ini menaikkan pinggul 12-18 inchi di atas bahu. Jadi
gravitasi yang dihasilkan akan mendorong kepala bayi ke fundus, daaaan... jeng
jeng! Bayi balik ke posisi yang seharusnya deh, yakni ke posisi vertex.
Gerakan ini nggak cuma bagus buat bumil sungsang lho! Yang hamil dengan posisi janin normal juga boleh banget mengamalkannya.
4. Berenang
Oke, saya nggak mengerjakan poin ini karena saya nggak lihai berenang. Hehe
(Orang Kalimantan, tapi cuma bisa gaya mengapung sama batu, itulah saya 🙈)
Eits, tunggu, apa hubungannya renang dengan sungsang?
Dari yang saya baca di Wikipedia, paduan gerakan renang yang melemaskan otot-otot tubuh serta ketiadaan bobot dan aliran air yang dilakukan saat berenang ternyata akan membantu janin yang sungsang berputar ke posisi yang benar lebih mudah.
Untuk gaya renangnya, yang disarankan adalah gaya dada dan gaya bebas. Ibu juga disarankan untuk melakukan kegiatan menyelam.
Hmmm... Sepertinya olahraga yang satu ini akan cocok dilakukan jika ditemani dengan suami ya, sekalian nge-date di kolam renang 😍
5. Minum air
putih
Minum air putih juga katanya berpengaruh dengan posisi sungsang.
Jika kebutuhan air putih tercukupi dengan baik, yakni minimum sebanyak 3 liter sehari. Bayi sungsang memiliki kemungkinan berputar lebih baik karena cairan tubuh berfungsi dengan lancar.
6. Metode External Cephalic Version (ECV)
Yang ini saya
nggak coba, karena dengan cara 1, 2, 3, dan 5, Alhamdulillah Syuna nurut mau
balik ke posisi yang seharusnya. 🙂
Jadi, apa sih
itu metode External Cephalic Version?
ECV adalah
salah satu teknik non-bedah yang dikuasai oleh Dokter Obgyn alias dokter spesialis
kebidanan dan kandungan.
Cara kerjanya
berupa menekan perut ibu hamil untuk dengan gerakan khusus sehingga kepala bayi
akan berada dibawah.
Teknik ini dilakukan khususnya untuk yang sudah melewati usia kehamilan 37 minggu, jadi secara normal bayi sudah tidak bisa lagi membalik sendirian lagi. Mesti ditolongin.
Dengan tingkat keberhasilan sebanyak 58% pada kehamilan pertama dan lebih besar lagi jika pada kehamilan kedua dan seterusnya. ECV juga memiliki beberapa kekurangan, yakni:
1. Rasanya bisa jadi nggak enak, karena berupa 'tekanan' pada bagian perut yang bertujuan memutar janin kembali ke posisi yang benar.
2. Tidak bisa dilakukan pada kehamilan dengan komplikasi atau air ketuban yang tidak normal.
3. Metode ini tidak bisa dilakukan untuk bayi kembar.
4. Selama ECV, detak jantung bayi dipantau melalui USG. Jika turun drastis, maka kelahiran darurat akan menjadi solusinya.
7.
Menggunakan Cahaya
Hah? Cahaya?
Pakai senter gitu-gitu dong?🤔
Eh ternyata beneran lho! Waktu itu saya juga rasanya sempat mendapatkan penanganan ini dari kakak saya yang
seorang bidan.
Saya sempat terbengong-bengong waktu itu memikirkan korelasi
antara posisi janin yang sungsang dengan cahaya senter. 😂
Tapi saya
manut sajalah, nggak ada ruginya juga. Siapa tau ada efeknya dan Syuna di dalam sana kesenengan ada cahaya senter berjalan-jalan di permukaan perut emaknya. Hehe...
Habis saya
kepoin... Ternyata emang ada teorinya juga lho.
Jadi dengan mengarahkan cahaya senter dari
puncak rahim ke arah jalan lahir (tulang kemaluan) dalam posisi Ibu sedang
miring. Diharapkan si janin akan mengikuti pergerakan cahaya tersebut.
Saya jadi mengucapkan Masya Allah berkali-kali, kekuasaan-Nya memang Maha Luas ya teman? 🙂
8. Menggunakan kompres Panas dingin
Yup, jadi dengan menggunakan kantong atau sesuatu yang bersifat panas dan dingin, kita juga bisa memancing bayi kembali ke jalan yang benar #loh.
Caranya mudah, yakni dengan mengompres bagian atas perut (posisi kepala) dengan kantung dingin (es). Maka secara alami bayi yang menyukai kehangatan akan menjauh dan menuju bawah.
Cara ini aman dan konon lumayan efektif, apalagi jika dilakukan dengan berendam air hangat atau meletakkan kantung hangat di bagian bawah perut yang semakin merangsang bayi menuju ke bawah.
Hmmm... bagus ya tekniknya. Bisa dicoba sendiri sekalian mandi 😁
9. Teknik Webster & Moxibuction
Saya belum pernah melihat langsung kedua teknik ini. Plang prakteknya juga belum pernah, hehe...
Mungkin karena jenis praktek seperti ini belum begitu dikenal umum. Tapi kalau di forum-forum luar negeri, saya baca 2 hal ini sudah lumayan lazim dilakukan.
Yang jelas, poin ini harus dilakukan oleh professional dan juga harus memiliki lisensi (izin khusus) untuk praktik.
Teknik Webster adalah salah satu teknik chiropraktik yang dilakukan oleh seorang chiropraktor (teknik tradisional luar negeri) professional yang berlisensi untuk membenarkan tulang panggul dan sakrum. Prosesnya harus dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Teknik ini masih dalam penelitian lebih lanjut.
Kalau teknik moxibuction adalah teknik tradisional china yang menggunakan bahan-bahan herbal dan juga titik akupuntur. Sebelum mencoba, pastikan juga praktisinya memiliki lisensi yang legal. ^^
***
Oh iya, sebaiknya teknik-teknik di atas tetap dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan ya.. Misalnya dengan bidan atau dokter spesialis kandungan. Karena jika dilakukan tanpa ada pengawasan, maka ada resiko bayi akan terbelit tali plasentanya sendiri, atau bahkan plasenta mengalami kerusakan.
Waktu hamil sungsang dulu, Syuna memang berhasil berputar ke posisi vertex, tapi dapat 'oleh-oleh' belitan si tali pusar, jadi pas melahirkan agak sedikit rumit karena mempertimbangkan belitan yang ada. Tapi Alhamdulillah lancar. ^^
Dan jika cara-cara tersebut sudah juga dilakukan dan belum mendapat hasil yang diharapkan. Maka jangan bersedih dulu, karena zaman sekarang ilmu medis sudah semakin maju, masih banyak jalan melahirkan yang bisa dipilih, misalnya C-section (operasi caesar).
Jadi, jangan putus asa ya. Ingat, happy mom, happy kids! Ibu hamil harus bahagia :D
Nah itu dia beberapa tips mengatasi kehamilan sungsang dan juga pengalaman singkat saya saat sungsang. Semoga ada gunanya yaa! Jangan lupa di share jika dirasa bermanfaat . Terimakasih sudah membaca ^^
10 comments