Suka Duka Menikah Muda – Assalamualaikum. Apa kabar? Kalau menengok jumlah postingan bulan lalu rasanya sedikit banget ya? Padahal di Resolusi 2018 lalu saya mau merajinkan diri buat menulis. Ternyata sulit juga ya buat menyeimbangkan banyak hal.
Eits, bukannya gagal menulis sih. Saya tetap berhasil menulis. Tapi lebih banyak di buku catatan pribadi, bukannya di blog ini. Ehehe..
Sepertinya habis ini bakalan diusahakan juga buat seimbang antara buku catatan offline di rumah dan catatan dunia maya di blog ini, supaya nggak berat sebelah. ^^
Baca juga: Resolusi 2018
Oh iya, sebelumnya saya juga mesti lebih banyak mengucapkan Alhamdulillah nih. Karena sejak masuk kelas matrikulasi Institut Ibu Professional, rasanya banyak tetek-bengek rumah tangga yang lebih terkonsep. Nggak amburadul dan pakai gaya 'suka-suka gue' kaya kemarin-kemarin. 😂
Berkah ikut kelas matrikulasi, salah satunya ya saya jadi keranjingan nulis-nulis di buku catatan tadi, yang bikin saya belajar managing dan organizing.
Meskipun sekarang jadwal menulis di blog masih kacau karena masih menyesuaikan jadwal domestik. Nggak apa-apa ya, pelan-pelan kita maju terus, sambil jalan diperbaiki 😆
🌻🌻🌻
Oh iya, kali ini topiknya ringan tapi serius.
Tentang Menikah muda.
Sebelumnya, nikah muda, usia berapa sih?
Supaya nggak rancu sama istilah 'muda' , yuk kita cari
rujukannya.
Usia muda menurut BkkbN adalah mereka yang berusia 10-21 tahun. (BKKBN, 2005)
Nah, jadi dari definisi diatas kita bisa simpulkan kalau menikah muda itu
adalah pernikahan yang dilakukan oleh muda-mudi dengan rentang usia dibawah 21 tahun. (CMIIW✌)
Hmmm... Sebelumnya perlu saya kasih disclaimer ya, meskipun saya masuk dalam kategori
orang yang menikah muda. Saya nggak akan meminta kalian untuk memilih menikah
muda juga, karena setiap orang beda-beda dan waktu jodohnya sampai juga
beda-beda. Jodoh rahasia Allah. ☺
Baca juga: Cerita Nikah Muda, Apakah Selalu Diawali dengan 'by accident?'
Baca juga: Cerita Nikah Muda, Apakah Selalu Diawali dengan 'by accident?'
Tapi kali ini saya pengen sharing aja, apa aja sih suka duka dari nikah muda, soalnya kalau kita googling positif negatif nikah muda itu katanya kan banyak ya? Hehe..
Langsung aja ya ke poin pertama:
1. Terhindar dari hubungan gak jelas dan terkutuk
Gimana rasanya menjalin hubungan yang lamaaaaaa banget, tapi
menjelang mau nikah, eh, si dia berpaling ke lain hati karena merasa hubungan udah terasa 'hambar'?
Memang saya pribadi nggak pernah mengalami sendiri, tapi saya dapat merasakan gimana emosi abang saya karena mengalami hal itu. Bahkan untuk lelaki (yang notabene katanya lebih memakai logika), impact-nya itu gede banget pas bubar jalab, apalagi buat kita kaum hawa yang nyaris selalu pakai perasaan?
Kalau saya, bisa-bisa bakalan berpaling kembali ke 2D #eh.
Jadi kalau buat saya, salah satu efek positif menikah muda adalah membuat saya nggak sempat terjerumus ke dalam hubungan yang belum jelas arahnya, karena udah lebih dulu menemukan kemana arah hubungan yang sesuai dengan syariat agama.
Nggak pacaran lama-lama.
Nggak maksiat kelamaan juga. huhu
Nggak maksiat kelamaan juga. huhu
2. Mesra lebih lama
Uhuk. Mesra katanyaa... haha.
Eh, serius lho. Karena sebelum-sebelumnya nggak punya siapa-siapa yang mau dipeluk, dicium, di sayang-sayang, sekaligus dibanting mesra ala-ala pemain smackdown. Akhirnya pucuk dicinta, ulam pun tiba... (gak nyambung yee... biarin aja ya 😂)
Jadi ingat lagunya Jae Jong ex-TVXQ di lagu All Alone, salah satu lagu favorit saya pas masih fangirling militan dulu.
Salah satu penggalan liriknya "I'm saving all my love for you". Jadi perasaan (cinta) yang tumpah ruah dengan yang telat dan halal itu lebih melegakan, karena kita tahu bahwa kita yang pertama, jadi bisa mesra lebih lama. 😚
Salah satu penggalan liriknya "I'm saving all my love for you". Jadi perasaan (cinta) yang tumpah ruah dengan yang telat dan halal itu lebih melegakan, karena kita tahu bahwa kita yang pertama, jadi bisa mesra lebih lama. 😚
Tapi mesra katanya juga perlu dipupuk, lho. Kemarin saya dapat tips-tips cihuy dari kelas IIP, nanti saya share juga ya disiniii 😆
3. Umur anak nggak terpaut jauh, jadi Insya Allah kita bisa menemani lebih lama.
Ya memang sih kalau soal umur itu nggak ada yang tahu. Hehe
Tapi asumsinya, saya melahirkan di usia 20 tahun, berarti nanti pas Syuna mulai kuliah kira-kira umur saya 37-38 tahun. Siapa tau pas nganter (nganter??) dia daftar masuk kuliah nanti bakalan disangka kakaknya, bukan emaknya
#ngarep
Secara finansial, saya juga berharap dengan mengawali lebih awal, saya juga akan mapan lebih cepat.
(Aamiin-kan ya sodara-sodaraa 😂).
(Aamiin-kan ya sodara-sodaraa 😂).
4. Punya masa belajar yang lebih cepat & lama
Alhamdulillah, Abah termasuk golongan suami yang manut bila diajak pergi ke seminar-seminar parenting buat belajar sama-sama membangun keluarga yang lebih baik.
Pernah sekali saya cuma izin mau ikutan seminar tanpa menjelaskan seminar apa karena tahu jadwalnya bertepatan dengan shift Abah bekerja, eh ujug-ujug pas dia tahu itu seminar parenting soal Ayah, dia nyesel nggak ikutan. Hehe
Baca juga: Belajar Jadi Ibu yang Morning Person
Kalau suami tipe cuek bagaimana? Ya tak apa, tetap belajar. Kalau tidak bisa berdua ya sendirian dulu, mending ada salah satu yang dapat ilmunya daripada loss keduanya, kan? Siapa tau melihat kita getol belajar, si bapak mau ikutan juga. 😁
Pernah sekali saya cuma izin mau ikutan seminar tanpa menjelaskan seminar apa karena tahu jadwalnya bertepatan dengan shift Abah bekerja, eh ujug-ujug pas dia tahu itu seminar parenting soal Ayah, dia nyesel nggak ikutan. Hehe
Baca juga: Belajar Jadi Ibu yang Morning Person
Kalau suami tipe cuek bagaimana? Ya tak apa, tetap belajar. Kalau tidak bisa berdua ya sendirian dulu, mending ada salah satu yang dapat ilmunya daripada loss keduanya, kan? Siapa tau melihat kita getol belajar, si bapak mau ikutan juga. 😁
🌻🌻🌻
Memutuskan menikah di usia muda, (katanya) berarti mengorbankan masa muda. Meskipun saya nggak merasa begitu, saya malah merasa bersyukur, karena berkahnya bagi saya banyak sekali.
Berkah pasangan, berkah keturunan, berkah keluarga baru. Ah, banyak lah pokoknya.
Berkah pasangan, berkah keturunan, berkah keluarga baru. Ah, banyak lah pokoknya.
Menikah untuk saya membawa banyak pelajaran hidup yang baru, hal-hal yang tidak saya akan temukan selama menjadi single.
Semoga dengan belajar lebih awal, kami jadi punya masa belajar lebih lama dan juga ilmu yang lebih banyak dan menjadi keluarga yang bermanfaat bagi orang lain. (Minta Aamiin-kan lagi yaaa 😁)
5. Bisa belajar dewasa bersama-sama
Saya akui pas awal-awal menikah itu saya kekanak-kanakan banget. Hobi saya merajuk, ngambek, manyun-manyun gaje sok imut padahal kalau dilakukan di depan cermin diri sendiri aja mual liatnya. Hahaha...
Tapi seiring waktu berjalan, akhirnya Leha yang sekarang bukan lagi Leha yang dulu. Ngambek sih masih, tapi nggak se-dasyhat dulu.
Secara nggak langsung faktor waktu, bertambahnya usia, lalu kemudian punya anak juga membuat mental semakin stabil. Jadi semakin tenang karena merasa semakin mengenal kekurangan kita dan pasangan.
Secara nggak langsung faktor waktu, bertambahnya usia, lalu kemudian punya anak juga membuat mental semakin stabil. Jadi semakin tenang karena merasa semakin mengenal kekurangan kita dan pasangan.
Maksudnya, kita berdua tahu bahwa kita ini nggak sempurna, karena itu kita saling menyempurnakan. Jadi kita belajar menjadi dewasa bersama-sama.
Sambil mengingat-ingat, kelak yang menemani kita sampai tua itu dia loh, anak-anak akan membangun keluarganya sendiri-sendiri. Tinggal kita berdua yang akan melanjutkan hidup sampai nanti dijemput malaikat Izrail. (Aamiin yang ke-3x nya 😆)
Bukannya sok bijak, tapi kalau lagi marah-marah teringat lagi kalau pasangan itu cerminan diri kita.
So, kalau mau pasangan baik, masa sih kitanya aja nggak introspeksi diri?
(ngomong sama diri sendiri 😅😂)
🌻🌻🌻
Hmm, sepertinya cukup 5 poin itu aja ya suka duka menikah muda yang saya rasakan. Eh, sebentar, kan diatas itu suka-nya doang? Mana nih Duka-nya? Nah, kalau soal itu saja janji deh nanti akan saya tulis di postingan terpisah.
Terimakasih sudah mampir, ya. Have a good Day! 😊
25 comments
Tapi, nikah muda itu asyik juga kalo nanti punya anak jadinya berasa kakak adik, hihi. Biar jadi mama gaul yang bisa jadi ibu sekaligus teman buat anak-anaknya.
Meminimalkan problem itu susah ya menurutku, karena ada aja terus masalah yg datang. Tapi karena itu juga ada poin ke 5, masalah dijadikan bahan belajar aja supaya sama-sama bisa lebih baik. ^^
Poin kayak kakak-adik itu ngarep banget ya aku. hahaha
Mama Neyna udah ketemu suami sekarang udah takdir yang paling bagus deh ^^
Kalau aku kemarin direstuin full sama mama dan keluarga yg lain. Jadi langsung aja nggak nunggu lama-lama, padahal masih kuliah semester 3. 🙈
*lalu ku merasa sedih 😂
Tulisan tentang IIP ada di blog saya yang syunahome.
Usia matang sudah bisa mengatur ego, finansial juga udah bagus. Bisa jadi lebih berkah, Insha Allah.
Semoga kita sehat selalu ya mba buat membesarkan putra-putri kita. Aamiin.
Semoga Aya dapat yang terbaik dan diwaktu yang paling tepat. Aamiin :)
Yang jelas nikah muda atau nggak, yang penting berkah selalu. Aamiin.
Nikah umur berapapun bila si pelaku (pelaku??) merasa muda maka bisa dibilang nikah muda kayanya ya mbak wkwk.
Cuzzzz, meluncur ke blog mba Fika