Tentang Bahagia yang Sederhana - Beberapa saat yang lalu mood saya sedang naik turun, kadang baguus banget dan saya akan happy seharian. Tapi kadang juga down, mood saya jadi jelek kayak bulu ketek.
Moody.
Kalau kata orang zaman sekarang. Tergantung suasananya bagaimana, begitu juga mood akan mengikuti, dan ujung-ujungnya berimbas ke perilaku saya sehari-hari.
Kalau sedang senang misalnya, saya akan memasak dan membersihkan rumah sambil menyanyi, rumah yang biasanya berantakan akan tertata rapi sebelum Abah pulang dari kampus, saya juga akan menjadi ibu paling sabar sedunia menghadapi Syuna dan polahnya yang ajaib dengan kata-kata selembut kain sutra. ✨
Kalau sudah jelek, saya akan menghindar agar tidak bertemu dengan siapapun.
Muka pas lagi bad mood kurang lebih kaya si bang Levi. |
Saya juga tidak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk oleh Syuna. Kalau tiba-tiba ada perilakunya yang tidak saya suka maka pilihannya ada dua: saya akan marah-marah, atau saya akan diam seribu bahasa tidak ingin terpancing makin jauh.
Air muka saya kalau lagi bad mood juga cenderung masam nggak ada senyum-senyumnya. 😶
Pokoknya, satu rumah ikutan jadi muram.
😅
Suami saya bilang kalau mood saya jelek itu rasanya bertemu dengan orang yang berbeda.
Saya jadi labil banget, emosional habis-habisan, nggak bisa terpancing sedikit langsung berderai air mata. Pokoknya jadi kaya orang paling menderita sedunia. HAHAHA
Kalau mood jelek ini berlarut-larut, suami selalu nanya satu pertanyaan:
"CEMBERUT TERUS, KAMU BAHAGIA NGGAK SIH?"
Meskipun sebelumnya saya pasti jawab dulu:
"IYA, BAHAGIA KOK!"
Habis itu biasanya saya akan merenungi kembali pertanyaan itu.
Bahagia.
Bagaimana supaya bisa bahagia?
Apa itu sebenarnya bahagia?
Apa sekarang saya sudah masuk kategori bahagia?
Apa itu sebenarnya bahagia?
Apa sekarang saya sudah masuk kategori bahagia?
Iya, beneran.
Saya pernah googling lho karena bingung sendiri.
Kalau menurut KBBI, definisi bahagia itu bagaimana sih?
Kalau menurut KBBI, definisi bahagia itu bagaimana sih?
Ternyata simpel banget, kata KBBI, Bahagia itu adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan).
Baca bad mood saya mikir:
Oooh... Kalau begitu pengertiannya, berarti sekarang keadaan saya nggak bahagia dong?
Kan saya sedang merasa kesusahan?
Nggak merasa senang?
Dan akhirnya habis pillow talk yang sangat panjaaaaang dengan Abah, saya dapat penyebab saya risau yang sekaligus jadi pemantik mood buruk saya.
Apa itu?
Salah satunya adalah...
Saya sering membandingkan diri dengan orang lain.
Terkadang bahkan lancang sampai menghitung-hitung rezeki orang.
Terkadang bahkan lancang sampai menghitung-hitung rezeki orang.
Saya juga terkadang menetapkan standar bahagia orang lain pada hidup saya.
Padahal itu salah, iya, salah banget..
Apa coba hubungannya? 🤔
Rezeki orang beda-beda, bahagia orang itu juga berbeda-beda. Nggak bisa disamakan.
Kalau bahagianya ada aturannya harus begini-begitu, maka itu namanya bahagia yang bersyarat. Kalau syaratnya nggak terpenuhi maka nggak bakalan bahagia.
Kalau bahagianya ada aturannya harus begini-begitu, maka itu namanya bahagia yang bersyarat. Kalau syaratnya nggak terpenuhi maka nggak bakalan bahagia.
Jadi bahagia itu sebenarnya tidak bersyarat, bukan cuma cintanya si Element doang yang nggak nggak bersyarat. 😂
Apalagi ternyata tanggal 20 Maret adalah hari kebahagiaan Internasional loh! Dan tema collaborative blogging yang diangkat adalah hari kebahagiaan Internasional ini.
Setelah saya semedi memikirkan tentang hal remeh-temeh yang sudah merenggut kebahagiaan saya, akhirnya saya juga mulai memikirkan hal-hal remeh-temeh yang bisa membuat saya bahagia.
Hal-hal yang membuat saya merasa gembira & bahagia menjalani hidup ini.
Apa aja sih?
Apa aja sih?
Satu, Mencoba Melihat ke Bawah, Jangan Melihat ke Atas Terus.
Karena... Pegel aja ya kan?
Sosial media itu tempat dimana mayoritas orang melakukan pencitraan. Jadi isinya ya kebanyakan tentang yang baik-baik doang.
Kalau mulai membandingkan sisi kehidupan kita yang asli dengan yang isinya sosial media yang bling-bling..
Hmmm... Think again deh.
Nanti silau lho, Pakai kacamata item dulu deh buat ngefilternya 😎
Baca juga: 10 Langkah Mencintai Diri Sendiri
Nanti silau lho, Pakai kacamata item dulu deh buat ngefilternya 😎
Baca juga: 10 Langkah Mencintai Diri Sendiri
Coba deh buka-buka akun Instagram kaya ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang sering membuka layanan donasi. Disana kita akan merasa ribuan kali lipat lebih beruntung dengan orang di belahan di dunia yang lain.
Saya tiap buka itu mewek. Merasa banget kalau kurang bersyukur dengan rezeki yang sekarang. 🙁
Masih banyak lho orang yang ujiannya itu lebih berat. Kesusahan kita sekarang itu nggak ada apa-apanya sama sekali.
So, don't push yourself too much lah buat ngikutin hype sosial media.
Dua, Bersyukur, Jangan Sampai Kelupaan!
Dua, Bersyukur, Jangan Sampai Kelupaan!
💆Lupa bersyukur bisa makan nasi plus lauk pauk yang lengkap.
💆Bisa tidur dibawah naungan rumah (meskipun masih kontrakan)
💆Bisa bebas menemani anak dan suami, melakukan banyak hal dengan tangan sendiri, punya mata dan bisa membaca, punya kaki yang normal dan bisa diajak jalan kemanapun.
💆 Punya paket internet untuk bisa baca komik atau menulis di blog.
💆Punya teman-teman yang selalu welcome dengan kita baik saat waras ataupun mulai sedikit 'terganggu' 🙄
Bukankah itu rezeki juga?
Rezeki yang nggak pernah kita sadari karena kita bikin definisi bahagia sendiri, dan ujung-ujungnya lupa deh bersyukur dengan poin ini.
Terakhir, Tidak Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
... KENAPA?
Karena dibandingkan dengan mood negatif bisa membawa dampak negatif juga.
❌Pas kita membandingkan dengan yang lebih buruk misalnya, kita kemungkinan merasa superior dan merasa jumawa.
Boro-boro dah tuh bersyukur, yang ada malah jadi sombong. 🙁
❌Sebaliknya, pas kita membandingkan dengan yang lebih baik, eh ujug-ujug malah jadi down, merasa bak jadi butiran debu di jalan raya.
Akhirnya nggak bahagia deh karena standar bahagianya itu ngikutin si pembanding. 😂
Aku bakalan bahagia deh kalau bisa jalan ke Shibuya juga kaya si A...
Eh, rumahnya si B bagus banget gini, baru tau... Kok aku masih hidup ngontrak sih sampe sekarang? Nggak beruntung banget deh hidupku!
Wow, tasnya si C merk xxx, harganya kan jutaan, lha tasku masih harga seratus ribuan... Duh...
Endebre, endebre...
CAPEK.
Nggak ada habisnya kalau mau membandingkan diri soal duniawi. 😵
Selalu ada yang kita rasa lebih dari kita, dan selalu ada yang terasa kurang dari kita.
🌷🌷🌷
Bahagia itu sederhana, letaknya dipikiran kita. Berpikir sederhana saja, nggak usah dibikin ribet. Nggak usah menaruh standar ketinggian, dan selalu bersyukur dengan segala yang kita punya.
Ah, lega rasanya habis menemukan dan melakukan 3 hal itu. Plong! Mood jelek yang menghinggap dan bikin hidup berat rasanya menyusut... Perasaan saya jadi lebih lapang!
☑ Ini hidup saya, dan bahagianya juga ditentukan oleh saya sendiri.
☑ Saya nggak perlu merumitkan kehidupan.
☑ Saya nggak perlu bahagia yang bersyarat tinggi.
Ah, kalau kita syukuri, sebenarnya level kebahagiaan kita akan terasa baik banget!
☑ Saya nggak perlu merumitkan kehidupan.
☑ Saya nggak perlu bahagia yang bersyarat tinggi.
It's okay saya nggak bisa jalan-jalan ke Shibuya, saya masih bisa jalan-jalan ke Bromo, tiap bulan kalau mau.
It's okay belum punya rumah sendiri. Yang penting saya punya tempat bernaung, saya nggak homeless.
It's okay tas kita harga seratus ribuan, tapi isinya mimpi dan harapan yang milyaran. Kita beli pakai uang sendiri dan halal!
Ah, kalau kita syukuri, sebenarnya level kebahagiaan kita akan terasa baik banget!
Ah, ternyata memang bahagia itu sederhana!
🎈🎈🎈
"Tulisan ini di ikut sertakan dalam Blog Collaboration Female Blogger Of Banjarmasin"
36 comments
Aku rasa point utama adalah bersyukur apapaun keadaan kita.
Semoga kita bisa selalu puas dan bersyukur sama rezeki kita ya mba 😍
Btw Mungkin kita kembaran yang tertukar di rumah sakit... Kaya sinetron Liontin dulu itu mba Fika. Hahaha
Humor receh itu terkadang bikin hidup bahagia 😆