Apa sih tujuan kita hidup?
Apa sih bertumbuh jadi dewasa dan matang itu?
Ada banyak pertanyaan berputar di kepala saya belakangan ini. Beberapa ada yang cukup penting dan patut untuk direnungkan, sisanya lagi saya kira cuma kumpulan keresahan yang baiknya diabaikan saja
Sejak saya bekerja, terus terang saya menanyakan value saya sebagai perempuan, sebagai wanita, sebagai seorang Ibu, seorang istri, seorang anak dari orang tua saya.
Apa yang membedakan saya dengan saudara saya yang lain?
Apakah benar saya punya kemampuan unik yang orang lain tidak punya?
Apa yang harus saya lakukan untuk menjadi lebih baik di masa depan?
Saya resah.
Saya merasa biasa-biasa saja. Tidak punya apapun yang bisa dibanggakan. Well, menikah umur 19 tahun dan melahirkan di umur 20 tahun bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Banyak orang melakukan hal yang sama. Poin itu hanya bisa saya banggakan kelak jika putri yang saya lahirkan berhasil meraih prestasi diatas rata-rata, yang mungkin saja terjadi salam 10 atau 15 tahun yang akan datang. Tapi sekarang?
Saya benar-benar bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa.
Punya sih, mimpi dan harapan tepatnya.
Wah, sudah masuk waktu maghrib!
Tulisan ini akan saya sambung nanti, saya butuh waktu untuk merenung jawaban pertanyaan saya sendiri.
Apa sih bertumbuh jadi dewasa dan matang itu?
Ada banyak pertanyaan berputar di kepala saya belakangan ini. Beberapa ada yang cukup penting dan patut untuk direnungkan, sisanya lagi saya kira cuma kumpulan keresahan yang baiknya diabaikan saja
Sejak saya bekerja, terus terang saya menanyakan value saya sebagai perempuan, sebagai wanita, sebagai seorang Ibu, seorang istri, seorang anak dari orang tua saya.
Apa yang membedakan saya dengan saudara saya yang lain?
Apakah benar saya punya kemampuan unik yang orang lain tidak punya?
Apa yang harus saya lakukan untuk menjadi lebih baik di masa depan?
Saya resah.
Saya merasa biasa-biasa saja. Tidak punya apapun yang bisa dibanggakan. Well, menikah umur 19 tahun dan melahirkan di umur 20 tahun bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Banyak orang melakukan hal yang sama. Poin itu hanya bisa saya banggakan kelak jika putri yang saya lahirkan berhasil meraih prestasi diatas rata-rata, yang mungkin saja terjadi salam 10 atau 15 tahun yang akan datang. Tapi sekarang?
Saya benar-benar bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa.
Punya sih, mimpi dan harapan tepatnya.
Wah, sudah masuk waktu maghrib!
Tulisan ini akan saya sambung nanti, saya butuh waktu untuk merenung jawaban pertanyaan saya sendiri.
Post a Comment