Kapan nih hamil anak kedua?
Dunia nggak ada habisnya. Kelar anak pertama, maka
pertanyaan berikutnya adalah: kapan nih anak kedua?
Pertanyaan semacam ini sudah aku terima sejak Nuy belajar
merangkak, saat Nuy masih belum genap satu tahun. Bayangkan…
Sejujurnya, aku berterima kasih karena itu artinya mereka
kan ada perhatian dengan keluargaku, dan intens orang itu saat memberi saran
juga baik-baik. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan untuk marah. Pertanyaan itu
menurutku hanyalah basa-basi yang masih manis. Jadi ya santai sajalah, tidak
perlu buang-buang emosi.
Chill, mama.
Tentang Jarak anak Pertama dan Anak Kedua
Sebuah nasehat kecil yang kubuat untukku diri sendiri: Saat
teman-teman sebaya sudah hamil anak kedua, kita para emak beranak satu tidak
perlu merasa panas hati dan mengambil tindakan berupa action langung mengadon
tiap hari.
‘Membuat’ anak itu mudah, namun sekali Allah menitipkan
amanah untuk menjaga dan membesarkannya, itu adalah tanggung jawab yang luar
biasa besar. Tanggung jawab itu tidak hanya di dunia saja, tapi juga nanti di
hari akhir.
Nasehat itu kudapat saat melihat kehamilan orang-orang di sekitarku. Aku menyadari kalau ternyata perencanaan jarak anak itu sangat berpengaruh pada pendidikan anak di masa depan. Karena dengan jarak kehamilan yang tepat pula, maka fisik dan psikis Ibu bisa ‘waras’ dan kebutuhan anak bisa tercukupi dengan baik.
Porsi terbesar pelajaran ini kudapat dari Mama, yang
merupakan seorang guru SD dan juga single mom yang bertahun-tahun membesarkan kami,
ketiga anaknya, dari kecil sampai kuliah dan bekerja. Terlebih karena kami
bertiga kuliah di bidang kesehatan, biaya sekolah kami lebih ekstra. Gaji guru
sebelum ada sertifikasi dan sedang masa krisis moneter tahun 90an bisa di
googling. Sampai hari ini aku masih terkagum-kagum dengan manajemen keuangan
mama yang nyaris tanpa cacat.
Kalau dipikir-pikir lagi, seandainya Mama dua-tiga puluh
tahun yang lalu tidak berpikir kedepan tentang jarak kehamilan serta pengasuhan
dan pendidikan kami bertiga. Jauh-jauh beruntung lulus jadi PNS, kami bisa saja
berakhir di pernikahan bawah umur atau hidup luntang-lantung sebagai anak
broken home, tanpa pekerjaan dengan penghasilan yang cukup untuk membiayai
keluarga.
Namun sungguh, Allah Maha Baik. Kami memiliki Mama begitu tangguh
dan berhasil mendidik kami. Kami tanpa Mama bukan siapa-siapa, sungguh.
(Kalau sudah bicara soal mama bawaannya mellow dan jadi baper
sendiri. Yah, pokoknya di bagian ini pengen nyanyi penggalan lagu Kids-nya Rich
Brian: Shout out to my mother, gave birth to three winner)
Nasehat Mama untuk Merencakan Anak Kedua
Saat Nuy masih kecil, mama adalah orang yang paling sering
mengingatkanku tentang pentingnya kontrasepsi. Mungkin karena beliau tahu aku
adalah anaknya yang paling pelupa, ditambah lagi dengan kehamilan pertamaku yang diluar planning, jadi
beliau sangat amal peduli dengan kontrasepsi apa yang aku pakai dan
keteraturanku menggunakannya.
Ini berkaitan lagi dengan mama dan alergi beliau dengan
kontrasepsi.
Yup, pernahkah kalian mendengar orang yang tidak cocok
dengan pil KB kontrasepsi?
Mamaku adalah salah satu orang tersebut. Kata beliau,
meskipun sudah berganti-ganti merk pil KB, endingnya tetap sama: mual dan
muntah. Hal ini membuat beliau tidak leluasa dalam menggunakan kontrasepsi.
Baca juga: Pengalaman Suntik KB
Makanya, begitu Mama tahu aku fine-fine saja menggunakan pil
KB, beliau cerewet sekali mengingatkanku setiap hati tentang jadwal minum pil
KB, apalagi dengan dukungan kakak perempuanku, Mama menjadi lebih vocal lagi
dalam memberi nasehat.
Nasehat yang Mama ulang-ulang kurang lebih seperti ini; anak
bukan kompetisi, anak itu tanggung jawab sampai dia besar. Jangan menyepelekan
anak.
Sampai hari ini nasehat-nasehat beliau masih aku ingat. Nasehat
beliau ini mungkin juga mempengaruhi pola pikirku sehingga aku menjadi tidak menjadikan
anak kedua sebagai goals dalam pernikahan yang masih muda.
Bicara Jarak Ideal Anak Pertama dan Kedua
Untuk kedua kakakku, jarak anak pertama dengan anak
kedua rata-rata hanya dua tahun.
Untukku sendiri, dengan berkah berupa rahim yang subur dan
sejarah kehamilan pertama yang conceived saat lengah menerapkan kontrasepsi
coitus interuptus. Aku memang harus lebih disiplin dengan kontrasepsi.
Jangan salah paham, meskipun kehamilan pertama terjadi
sebelum kami mempersiapkannya dengan matang, kami dari awal memang menginginkan
anak. Kami berdua tidak menyesal dengan kehadiran anak pertama, Allah yang Maha
Mengatur dan Maha Mengetahui seakan mempersiapkan Nuy menjadi kekuatan di
masa-masa sulit kami.
Sebenarnya anak pertama kami planning ,nanti sesudah aku
menyelesaikan study tour, alasan menundanya kehamilan waktu itu cukup sederhana,
yakni karena dalam jangka waktu itu aku harus mengikuti study tour kampus
keluar daerah dan selalu berpindah-pindah tempat karena kunjungan industri farmasi
dan pengolahan jamu yang menjadi konsentrasi ST tersebar dari Jawa Timur – Bali
– dan Lombok. Namun Qodarullah, ternyata aku positif hamil 5 minggu lebih awal
dari rencana, dan Alhamdulillah semua berjalan baik tanpa ada hal yang
dikhawatirakn terjadi.
Jarak Anak Pertama dan Kedua Menurut Islam
Nah, berapa sih idealnya jarak anak pertama dan anak kedua
kalau menurut Islam?
Aku coba googling di internet. Keluar hasil kalau menurut
AL-Qur’an, jarak minimal anak agar terselesaikan haknya adalah 30 bulan. Kalau
dirunut berdasarkan ilmu Kesehatan, jarak ini setidaknya sudah cukup untuk
menunaikan ASI ekslusif 6 bulan dan ASI sempurna sampai anak berusia 2 tahun.
Ini minimal loh ya.
Jadi, Kalau Ditanya: Kapan Nih Hamil Anak Kedua?
Mengingat sekarang usia Nuy sudah 5 tahun lebih, fase
menyusui dan bayi Nuy sudah terlewat dan pertanyaan ini sepertinya sudah layak
untuk dipikirkan jawabannya. Dengan kondisi yang sekarang Insya Allah kami lebih
siap dan stabil dari berbagai sisi.
Meskipun kami baru tahu sesudah memeriksakan letak IUD,
kalau rahimku ternyata tergolong dalam jenis Rahim retrofraksi yang memiliki
chance kehamilan berbeda dari Rahim normal, aku tetap yakin kalau memang rezeki
anak kedua akan diberikan Allah jika kami berusaha dan mampu untuk menerima
amanahnya.
Semoga diberi kelancaran untuk kita semua!
Post a Comment