Dalam seleksi Aparatur Sipil Negara, inovasi berupa sistem passing grade dan juga live score test menjadi pembeda besar dalam seleksi Aparatur Sipil Negara zaman dahulu dan zaman sekarang. Pasalnya, jika nilai peserta tidak mencukupi atau terbukti melakukan kecurangan saat tes, hasilnya bisa dipastikan peserta tidak lulus. Hal ini membuat seleksi CPNS zaman sekarang sangat fair. Peserta harus belajar dengan sungguh-sungguh untuk bisa melewati rangkaian seleksi, salah satu tes yang pertama dilakukan adalah Seleksi Kemampuan Dasar (SKD) yang meliputi materi wawasan kebangsaan, intelejensi umum, dan juga karakteristik pribadi.
Saya sendiri pernah tidak lulus tes CPNS pada tahun 2018. Saat pertama kali mencoba, saya gugur di Seleksi Kemapuan Dasar, tepatnya karena nilai saya tidak mencukupi passing grade Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Skor minimal untuk bisa lulus TKP adalah 142, sedangkan kala itu saya hanya bisa meraih skor 122. Saya harus berpuas diri menduduki posisi tiga, sedangkan formasi yang diperlukan hanya satu orang.
Sedih? Ya, sedikit.
Sisanya saya merenungi diri, kira-kira dimana sih kesalahan saya sampai tidak bisa menjawab soal-soal itu?
Maklum, posisi saya saat itu masih sebagai Ibu Rumah Tangga tulen. Sehingga saya merasa punya banyak waktu luang dan juga sudah jor-joran belajar. 😁
Nah, setelah mikir-mikir-dan mikir, saya punya list kesalahan saya selama belajar di tahun 2018. Sengaja saya sharing, siapa tahu kamu yang membaca blog ini juga pengen mengikuti tes supaya tidak melakukan kesalahan yang sama dengan yang saya lakukan dulu.
Pengalaman dari Tidak Lulus Tes CPNS 2018 (+ Kesalahan Belajar yang Harus Dihindari)
1. ) Menganggap Remeh
Merasa nggak perlu belajar karena materinya tampak mudah? nah, jangan ya.
Waktu itu, poin TKP sengaja saya cuekin karena saya memfokuskan diri ke TWK dan TIU. Apalagi karena saya sadar diri kalau saya lemah di hitungan, saya sengaja memfokuskan 45% energi saya ke bidang TIU, lalu sisa 40% effort saya ke TWK karena saya senang dengan materi sejarah. cuma 10% belajar untuk TKP karena saya merasa kalau... Ini tuh gampang, tinggal jawab se-malaikat mungkin. LOL
Ternyata justru karena saya meremehkan materi ini saya nggak lulus tes. Jadi, meski skor TWK dan TIU sempurna sekalipun, kalau TKP skornya nggak nyampe passing grade maka peserti sudah pasti TL alias Tidak Lulus. Jadi jangan remehkan, mau itu TWK, TKP, ataupun TIU, semuanya sama penting.
2.) Belajar buta.
Ha.... beneran deh, selain tidak efektif, metode belajar satu ini juga bikin kepala kamu rasanya menampung terlalu banyak materi mulai dari penting dan tidak penting.
Supaya bisa konsentrasi penuh, kamu harus memecah materi menjadi bab-bab yang sesuai dengan kisi-kisi edaran dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dengan materi yang lebih rinci, kamu bisa memusatkan belajar dengan lebih baik.
3.) Tidak membuat strategi.
Kok strategi? Mau perang, mau bikin target marketing, atau mau tes CPNS sih?
Begini, saking banyaknya materi yang harus kamu pelajari, menurut saya akan kurang bijak kalau kamu belajar semuanya dalam satu hari. Seperti saya kemarin, saya belajar beberapa pokok tes dalam sehari dan sukses bikin kepala jadi pusing. Bagaimana tidak pusing kalau saya yang biasanya memonitoring harga popok dan sembako di pasar ini tiba-tiba pagi malah menghafal ayat-ayat UUD 1945 beserta amandemen, logaritma, dan juga sejarah perang rempah di Indonesia Timur. 🤣
Seharusnya, waktu itu saya belajar dan fokus dengan satu pokok sampai saya benar-benar menguasainya, baru loncat ke materi berikutnya.
3.) Tidak ikut komunitas Belajar
Belajar sendiri rentan terkena jenuh. Apalagi untuk saya yang waktu itu harus sambil mengurus anak dan rumah. Saya tidak punya tuntutan apa-apa cuma tuntutan dari tetangga untuk belajar, karena yang namanya belajar mandiri, yang memegang kendali adalah kita sendiri.
Oleh karena itu, kalau bisa memang harus punya komunitas belajar, terlebih lagi jika mengikuti SKB. It'll double your energy, karena melihat orang lain di suatu tempat habis-habisa belajar sedangkan kamu di rumah malah asik scrolling sosial media akan membuatmu jadi terpacu untuk tidak bermalas-malasan lagi.
4.) Tidak minta restu suami dan Orangtua
Di tahun 2018, saya ngeyel mendaftar ke Puskesmas daripada Rumah Sakit. Pasalnya saya berpikir kalau penempatan RS kan banyak saingannya, peluang lulus saya jadi lebih kecil. Padahal saya sudah meminta saran dengan suami dan keluarga, tapi endingnya saya lebih memilih ke Puskesmas saja. Tidak ada yang memaksa dan semua fine-fine saja, karena yang menjalaninya kan saya (katanya begitu).
Satu hal yang saya lupa, kalau yang namanya takdir itu gak bisa dibelokkan. Takdir saya tidak lulus tahun 2018 itu ya terjadilah sesuai ketentuan.
Tapi takdir saya juga kalau di tes tahun berikutnya, saya malah mendaftar dan diterima bekerja di RS yang 2018 lalu saya hindari karena saya nggak pede mendaftar disini. Pokoknya, saya setuju banget dengan kalimat orang-orang:
Rencana Allah itu jauh lebih baik dan indah daripada mimpi-mimpimu.
5.) Tidak Meminta Pada Tuhan
2018, saya menyandarkan segala usaha pada diri saya sendiri. Do'a menjelang ujian doang; minta lulus.
Bhak, saya juga bingung ini berdo'a atau datang ke Allah cuma pas ada maunya doang.
2019, saya sadar kalau tidak ada daya upaya selain dengan pertolongan Allah. Saya berdo'a setiap hari; saya berdo'a banyak hal.
Jadi, di tes 2018 saya sholat wajib kadang masih ada yang bolong.
Tahun 2019, saya memperbaiki sekaligus meningkatkan ibadah saya, dan sampai sekarang tahun 2021 saya masih mencoba mempertahankan ibadah-ibadah yang saya lakukan. Intinya, saya meminta pada Tuhan setelah sebelumnya 'cari muka' dulu.
6.) Tidak Tenang
Nah, poin ini berhubungan dengan poin nomor 5. Apa yang saya inginkan, segala harapan yang terlintas dalam dada saya, sudah saya sampaikan dalam do'a-do'a itu. Saya meminta kepada Allah untuk memberikan saya yang terbaik.
Kalau lulus, Alhamdulillah.
Kalau belum, ya coba lagi. Lebih keras dan disiplin lagi.
Percaya deh, feel-nya tuh beda banget antara sudah berdo'a habis-habisan dan seadanya. Perasaan jauh lebih tenang dan composed. Lebih stabil dalam menjalani seleksi.
***
Oke, jadi kalau di rangkum, maka 6 poin diatas itu adalah resume kenapa saya tidak lulus tes CPNS tahun 2018 lalu. Menulis ini jadi tersadar kalau kesalahan-kesalahn belajar yang kecil ternyata kalau dikumpulkan fatal juga!
Tapi jangan sedih, kesalahan itu bisa menjadi pengalaman berharga untuk kita kedepannya supaya lebih bijaksana lagi. Untuk yang mau tes, semangat ya! Semoga kegagalan disini bisa menjadi pembelajaran berharga.
1 comment