Hari Rabu lalu (30/6/21), saya pergi berjalan-jalan berdua dengan putri saya mengelilingi kota Kandangan. Kami memulai perjalanan sekitar pukul 11.00 pagi sesudah menyelesaikan pekerjaan di rumah.
Tujuan pertama yang kami datangi adalah minimarket untuk membeli kebutuhan rumah tangga bulanan. Minimarket ini lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal kami namun karena pelayanannya baik, maka saya memutuskan untuk kembali berbelanja ke tempat ini.
(Anyway, kami membawa ecobag sendiri lo supaya bisa lebih hemat plastik! 😁)
Sesudah saya berbelanja (berdasarkan kertas billing, pukul 11:09), kami berniat untuk menuju destinasi berikutnya yaitu taman Palidangan yang berada di dalam kota.
Eh, ternyata sebelum menyalakan sepeda motor, saya malah tergoda untuk singgah sebentar di salah satu tokoh baju yang dekat dengan minimarket. Dan karena kalau diingat-ingat saya sudah lama nggak belanja, ya sudah kan, sekalian saja, nggak cuma cuci mata, saya pun memutuskan untuk membeli beberapa potong pakaian yang perlukan., (perempuan emang ya) 🤣
Selesai berbelanja, tanpa berlama-lama kami pun melanjutkan perjalanan. Tepat sebelum sampai ke taman, kami membeli 2 tusuk kentang roll dan juga sebungkus es rasa melon untuk teman bermain siang itu. Sesampainya di taman, eh, ternyata tamannya hari itu sangat sepi, cuma saya berdua dengan putri saya disana sehingga Nuy yang awalnya senang jadi agak berkurangnya cerianya karena sama sekali tidak ada teman sebayanya disana. 😆
Sebelum pulang (12:16), kami memutuskan untuk pergi ke pasar karena salah satu tujuan saya hari itu mereka mengajak Nuy pergi adalah untuk membelikannya sepatu. Sudah memilih dengan yakin, saat saya ingin membayar,
Lama merogoh-rogoh isi tas, akhirnya saya pun sadar kalau ternyata uangnya nggak ada! Mana sama dompet-dompetnya pula.
Segera, setelah meminta maaf dengan penjaga toko, saya pun segera melakukan tindakan-tindakan pencegahan sebelum hal buruk terjadi, yang pertama:
#1 | Memblokir semua akses kartu internet ATM yang hilang.
Ini saya lakukan via telepon saja. Jadi saya menelpon call center dan langsung saja mengatakan tujuan to the point kalau dompet saya hilang dan saya ingin melakukan pemblokiran sementara waktu. Di poin ini, saya memerlukan buku tabungan karena saya nggak hafal dengan nomor rekening saya.
#2 | Melakukan olah TKP alias kembali ke tempat-tempat yang saya datangi
Tentunya sambil melihat-lihat keadaan juga, minta bantuan petugas penjaga (kalau ada) seperti saat saya mendatangi Taman Palidangan.
#3 | Berdoa, kalau yang namanya masih rezeki pasti deh ketemu.
Umm... sebenarnya ini adalah yang pertama karena begitu nggak ketemu yang pertama saya lakukan adalah beristighfar. Tapi entah kenapa waktu berdoa, meskipun agak panik tapi rasanya seperti mencari sesuatu yang sudah pasti akan ketemu. Yakin aja rasanya.
#4 | Mengabari suami
Kebiasaan saya ini adalah lupa menaruh maka langkah terakhir yang saya ambil adalah saya menelpon suami untuk meminta masukan.
Jam satu siang sudah terlewati, hari mulai panas terik. Saya memutuskan untuk pualmg saya karena khawatir Nuy kepanasan di jalan. Sesampainya di rumah dan mengurus Nuy, saya mengirimkan pesan singkat di WhatsApp ke toko baju yang tadi saya datangi, pesan yang 'yaudahlah, namanya juga usaha' karena saya sudah pasrah dan sudah bersiap kalau nanti sore pergi ke kantor kepolisian guna mengurus surat kehilangan.
Isi pesannya cuma "Assalamualaikum, ada dompet saya ketinggalan di toko?". Pesan ini saya kirimkan karena nomornya sudah saya telpon tapi tidak kunjung tersambung dan tut! Pesannya cuma centang satu abu-abu, alias ini nomor saya tidak yakin hidup atau nggak.
Pusing, saya berusaha menenangkan diri dengan tidur siang bersama dengan Nuy.
Eh, tau-tau sekitar jam 3 sore ada balasan singkat di WhatsApp:
"ya, ada"
HAAAAAAAAAAAAAAAH
Luar biasa emang ya, dramanya si dompet hilang ini. Saya sampai merepotkan penjaga taman yang bertugas patroli hari itu karena panik dan khawatir. Ternyata pelajaran berharga dari dompet hilang ini cukup membekas untuk saya. Jangan taruh semua kartu penting dalam dompet, misalnya. Kerasa kan, kalau sudah hilang begini, gimana kira-kira repotnya mengurus satu-persatu kartu identitas yang hilang ke kepolisian?
Apalagi waktu itu saya baruuu banget ngambil cash buat persedian dua minggu, karena ceritanya saya nggak mau mampir terlalu sering ke bilik ATM. Eh, semuanya di taruh dalam dompet dong. Mau nangis kalau kebayang kehilangan uang dengan nominal segitu cuma karena kecerobohan diri sendiri. huhu
Intinya cerita ini simpel, whatever belong to you, it always going back to you. Kalau emang masih rezeki kita, entah bagaimana caranya, sesuatu itu bakalan balik dengan kita.