SYUNAMOM.COM | Film ini merupakan salah satu film yang seingat saya, pernah saya tonton di pertengahan tahun saya berkuliah di Akademi Farmasi (AkFar) di penghujung tahun 2016.
Kala itu, saya mengalami penurunan keinginan belajar yang sangat parah. Mungkin karena sedang jenuh ataupun kekurangan mimpi, yang jelas saya merasa perlu menonton film yang bisa memotivasi saya untuk belajar kembali.
Saya pun membuka internet dan browsing. Lalu, saya menemukan ada situs yang merekomendasi film Flyin Colors ini. Kebetulan karena saya sudah lama tidak menonton film dari Jepang yang biasanya saya tonton (saya pas SMKF itu pengunjung rutin j-fest loo! 😁) Maka tanpa pikir panjang, akhirnya saya pun memutuskan untuk mencari film ini di internet dan menontonnya.
Hari ini, di tahun 2021, berjarak 5 tahun dari pertama saya menontonnya, entah angin dari mana yang membuat saya memutuskan untuk mengklik tombol untuk re-watch kembali. Ada beberapa hal yang menjadi highlight personal dari saya terkait film ini.
Tentang Hukum Tabur-Tuai.
Menonton ini setelah jadi emak-emak, masih relatable kah meskipun bukan pelajar lagi?
Iya. Anehnya masih sangat relatable sekali. Terutama mengingat saya yang dodolnya mending sedikit daripada Sayaka Kudo ini baru beberapa bulan yang lalu dinyatakan lulus seleksi CPNS yang cukup ketat dan bersaingan dengan ratusan orang.
Semakin yakin kalau yang namanya kesungguhan hati, do'a dan usaha itu bisa memutar takdir dan mengubah nasib. Kita 'menanam' usaha dengan rajin dan konsisten 'merawatnya', maka niscaya hal-hal yang baik pun akan datang mengikuti.
Tidak ada yang tidak mungkin selama kita berusaha, sekecil apapun kemungkinan itu tetaplah sebuah harapan.
*Uhuk, tumben tulisannya bijak 😂
About
Judul : ビリギャル
Alternatif: Giri Byary/ Flying Colors/a Teen Girl Went from Academic Absurdity to an Elite University in One Amazing Year
Tahun rilis : 1 Mei 2015
Durasi : 117 menit
Genre : Remaja, Keluarga, Sekolah. Based on true story
Adaptasi Novel : Gakunen Biri no Gyaru ga 1 nen de Hensachi o 40 Agete Keio Daigaku ni Geneki Gokaku Shita Hanashi
Produser: Jun Nasuda, Junichi Shindo
Sutradara: Nobuhiro Doi
Blurb
Sayaka Kudo adalah seorang remaja SMA biasa. Saat masih kecil, Sayaka merupakan seorang korban bully dan memiliki kesulitan berkomunikasi sehingga selalu tersisihkan. Orangtuanya akhirnya memutuskan untuk memindahkan Sayaka ke sekolah khusus perempuan. Di sekolah baru ini Sayaka akhirnya menemukan sahabat-sahabat baru yang baik dan menerimanya.
Masalah baru akhirnya datang, karena terlampau senang berteman, Sayaka malah melupakan kewajibannya untuk belajar dan selalu berada di "zona merah'. Ibunya pun cemas dan memasukkan Sayaka ke bimbingan belajar agar masa depan putrinya terselamatkan.
Beruntung, Sayaka datang ke tempat bimbingan belajar yang tepat, dimana dia bertemu dengan Tsubota Yoshitaka, tutor belajar berkompeten yang berhasil membimbing Sayaka menuju pada mimpinya; Lulus sebagai mahasiswi di Universitas Terbaik di Jepang : Universitas Keio!
Tokoh-tokoh
Sayaka Kudo (Kasumi Arimura)
Remaja SMA yang modis, kemana-mana memakai miniskirt dan rambut yang disemir pirang. Tokoh seperti Sayaka ini modelnya mungkin kalau di Indonesia dikata-katai jadi anak alay. Cap-nya jelek dan dianggap tidak punya masa depan.
Dan memang, diceritakan kalau awalnya Sayaka ini dodol banget, untuk setingkat siswi Jepang seusianya yang duduk di kelas 2 SMA, dia bahkan nggak tahu arah mata angin, sejarah Jepang, bahasa Inggris dasar, dan yang paling parah, Sayaka menganggap wilayah Jepang itu lingkaran. Tidak heran hasil tes awal menunjukkan kalau kemampuan akademik Sayaka ini hanya setara dengan anak kelas 4 SD. Anak SD Jepang yak ini, wkwkwk.
Jadi awal dia mulai belajar dengan serius sudah layaknya petugas di Pom Bensin Pertamina deh: "dari nol ya..."
Tsubota Yoshitaka (Atsushi Ito)
Nah, film ini sendiri diangkat dari novel karya Tsubota-san yang berjudul "Gakunen Biri no Gyaru ga 1 nen de Hensachi o 40 Agete Keio Daigaku ni Geneki Gokaku Shita Hanashi". Kalau teman-teman bertanya, kok nama novelisnya sama dengan nama tutornya?
Jawabannya memang mereka adalah orang yang sama. Foto di atas adalah pemeran Tsubota sensei di film, sedangkan foto wajah Tsubota sensei di real life adalah ini:
Tsubota merupakan tutor dari Sayaka yang asli di kehidupan nyata. Mottonya cukup mengguncang dogma guru selalu benar yang cukup umum kita dengar dimana-mana:
“Tidak ada anak murid yang bodoh, yang ada hanyalah guru yang tidak bisa mengajar muridnya”
Pernyataan yang cukup provokatif untuk yang over konservatif mengkolotkan pendidikan hanya tanggung jawab murid untuk belajar tanpa adanya timbal balik dari pengajar untuk kepahaman individu murid.
Akari Kudo (Yu Yoshida)
Eng... Perannya sebenarnya bagus. Tapi entah kenapa saya masih belum bisa membuang rumor datingnya beberapa tahun yang lalu dengan Nakajima Yuu yang mana age gap keduanya itu 20 tahun. Bukan main...
*reviewnya salah fokus gara-gara kepikiran HSJ* 😂
Meski begitu, mari kita fair. Yu Yoshida memenangkan Best Supporting Actress di Hochi Film Award 2015 dengan perannya sebagai Akari Kudo bukannya tanpa alasan.
Berperan sebagai Ibu dari Sayaka, Akari ini benar-benar Ibu yang membaktikan diri kepada keluarga. Akari mencintai ketiga anaknya dengan sepenuhnya kasih sayang, entah itu Sayaka, Ryuuta, ataupun Mayumi. Dia memperhatikan dan mengambil tindakan langsung terkait kehidupan anak-anaknya, contohnya seperti memindahkan sekolah dan memasukkan Sayaka ke bimbel alias Cram School. Bahkan sampai rela untuk bekerja part time untuk membiayai bimbel yang tidak murah itu. Bukan main...
Benar-benar definisi seorang Ibu yang anak-anak inginkan. Bukankah begitu?
Lesson Learned
Ah, lengkap.
Tadinya saya kira Sayaka ini cuma seorang gadis SMA biasa yang mengalami kesulitan dengan pembelajarannya, ya model-model kurang motivasi belajar biasa saja begitulah...
Tapi film ini mengemas dengan baik poin kalau ternyata dibalik semua itu juga banyak sekali masalah yang dihadapi Sayaka. Diantaranya tuntutan ayahnya yang lebih pilih kasih di rumah terhadap anak laki dibandingkan anak-anak perempuannya, kemudian juga guru dari sekolahnya yang meremehkan kemampuannya, sampai dengan dirinya sendiri yang kelelahan dan ingin menyerah saja.
Banyak faktor yang memengaruhi tindakan seorang Sayaka Kudo, masalah yang dikemas tampak ringan tapi sebenarnya kompleks dan relatable sekali meskipun konteksnya kita bukan pelajar Jepang karena kendalanya adalah kendala universal yang sebenarnya bisa kita temui mau hidup dimanapun di dunia ini.
💯 Seperti Sayaka, kita harus lebih percaya diri pada kemampuan diri sendiri!
Sayaka beruntung memiliki Ibu dan tutor yang tidak pernah meragukan kemampuannya. Teringat dengan salah satu kalimat dari Akari saat ayahnya menolak membiayai sekolah Sayaka:
“Jangan berkata apa-apa lagi tentang putriku, Aku sangat bangga padanya. Anak ini adalah anak yang baik”.
These lines get me hooked. Hmmmmmm. Beneran pantes lah menurut saya kalau aktingnya disini dapat apresiasi :)
Berharap bisa jadi Ibu yang mencintai anak-anaknya sekuat dan se-unconditionally Bu Akari ini.. Memang, terkadang yang kita butuhkan dalam hidup itu adalah orang yang percaya dengan kita.
💯 Pantang Menyerah
Sayaka cukup keras kepala dan sangat disiplin dalam menjalankan pembelajaran tambahan, buktinya saat dia pergi karaoke bersama teman-temannya, dia sempat-sempatnya mau belajar kan. 😁
Hal seperti itu tidak akan kita dilakukan kalau kita mudah menyerah terhadap sesuatu.
💯 Lingkungan mempengaruhi hasil yang kita capai
Di film ini meskipun tokoh Sayaka ini memiliki banyak kendala, namun dalam mencapai tujuannya sebenarnya dukungan yang diperoleh dari keluarganya, terutama ibunya yang super supportive jadi base terbesar Sayaka menghadapi terjalnya kenyataan
Sehingga, secara keseluruhan...
Ini film yang bagus, secara pribadi saya sih sama sekali tidak menyesal menontonnya.
Untuk pelajar, terlebih lagi, menurut saya film ini rekomended banget. Bikin pikiran lebih terbuka kalau dunia yang bulat ini lautan kemungkinan tanpa tepian.
Nggak percaya diri?
Liat dulu dong perjuangan Sayaka. Kadang kita saat remaja memandang kalau kurang dukungan dari satu orang saja, rasanya seperti tidak ada yang support. Lupa kalau ada banyak kepala yang memikirkan kita. Jadi ya nothing is impossible. Ada kemauan pasti ada jalan. Insya Allah.
Kamu udah nonton film Flying Colors ini juga, belum?
BONUS::
Post a Comment