Akhirnya sesudah sekian lama absen di Blog collab FBB, hari ini saya ikut meramaikan lagi, sekalian untuk mengisi blog ini yang udah beberapa pekan nggak dapat jatah ‘makanan’. Kali ini dengan mengangkat tema “Suka Duka Menjadi Blogger”, yang bawaannya pengen bikin saya jadi curhat. Hehe.
Brace yourself ya kalau saya tetiba malah curcol.
Hmm pertama, memang perkara suka-duka ini semacam sudah satu paket gitu ya, kalau ada senang maka juga pasti ada sedih. Tapi kalau untuk ngeblog menurut saya bukan duka, hanya hambatan atau kesulitan yang saya hadapi selama menulis saja. Sedangkan perkara suka, ya memang suka aja, kalau direnungkan ada banyak kesenangan yang saya dapat sejak bulan Juli 2010 lalu memulai blog ini.
Sukanya apa aja? Ah, lumayan banyak. Salah satunya saya merasa
kalau tulisan itu membekukan memori kita.
Kalau lagi suntuk saya tuh seneng membaca ulang baca tulisan
saya dulu pas zaman masih SMA yang pernah saya posting di blog ini di periode tahun
2010-2012. Kekonyolan saya sebagai anak Rantau yang merantau ke Banjarmasin
usai lulus MTs. Betapa masih lugu dan polos sekali saya waktu menulis itu, saya
menulis kehaluan, fangirling, dan keseruan yang saya rasakan sebagai remaja
dengan tanpa filter dan membacanya kembali sesudah saya jadi orangtua beranak
satu bikin saya geleng-geleng kepala. XD
(Tentu saja, tulisan itu sudah saya edit dengan dikasih
filter supaya nggak terlalu ‘tawar’ lagi)
Untuk urusan percintaan pun bahkan saya juga menulis pikiran
saya disini, agak menye-menye karena saya menulis dengan sudut pandang saya
sebagai anak perempuan di rentang umur 15-17 tahun yang ng…, itu fase dimana
saya kebanyakan menghabiskan waktu luang saya membaca teenlit atau komik di
rental buku. :D
Tapi berkat itu saya jadi merasa kalau teori hukum
tarik-menarik LOA itu benar. Dan menulis bisa menjadi perantara untuk mencapai
keinginan kita.
Salah satunya saya pernah menulis tentang pasangan yang saya inginkan saat saya masih jomblo akut. Saya ingat saya menulis itu sesudah menonton Kimi No Todoke, deskripsi saya tentang pasangan yang saya buat cukup rinci untuk ukuran ‘cuma mengkhayal’ dan memvisualisasikan karakter pasangan saya persis se-gentle Kazehaya Shota. Kemudian Allah menjawab harapan yang saya tulis disana.
Juga, untuk harapan-harapan lainnya yang saya tulis (yang sebagian saya posting bukan di blog syunamom.com ini), misalnya saya saya galau selayaknya orang lain di usia matang yang kemudian setelah baca-baca cirinya persis dengan Quarter Life Crisis. Saat diri yang biasanya selow ini menjadi kesulitan bilang “gak apa-apa, semua pasti selesai. Semua pasti baik-baik saja kok” karena diri sendiri aja ragu dan bertanya-tanya dengan masa depan yang akan datang dan kemampuan diri ini menghadapinya.
source: https://stayathomemummy.com/ |
Kata siapa semuanya akan baik-baik saja?
Kata siapa semua ini akan berlalu?
Gimana kalau kamu seumur hidup terjebak dalam keadaan
begini?
Ini fase yang juga pernah saya cicipi. Pahit dan getirnya
saya masih ingat karena di waktu saya ragu ini cobaan hidup seakan-akan merangsek
maju berbarengan dan saya sendirian sambil menggendong putri saya harus
menguatkan diri menguasai pertahanan. Emosi saya kacau balau.
Waktu itu saya paling sering mendengar lagunya Hindia-
Secukupnya dan Kunto Aji-Rehat. 2 lagu ini punya nada spesial yang setiap
mendengarnya membuat saya jadi teringat dengan memori itu.
“Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?
“Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu. Jangan berhenti,
yang kau takutkan takkan terjadi”
Waktu itu saya ketakutan menulis. Seakan-akan semua hal yang
saya lakukan dan pikirkan itu salah dan hanya membuat orang lain membenci diri ini.
Saya merasa harga diri yang seharusnya saya pertahankan menciut. Berasa seperti
bukan siapa-siapa dan tidak bisa memenuhi ekspektasi orang yang kita sayangi.
Menulis juga membantu saya keluar dari masa itu, saya
menuliskan semua kekhawatiran dan semua harapan saya, yang tadinya dengan
perasaan ‘aneh’, merasa kalau menulis jadi perantara buang-buang emosi negatif,
menjadi menulis itu semacam ‘perantara keberkahan’. Karena apa yang saya
tuliskan, entah bagaimana caranya, Allah yang Maha Mengatur mengabulkan satu
persatu tulisan saya.
Menulis dan ngeblog juga bisa seperti semacam coping karena ombak hidup
ini kadang tidak terduga. Iya nggak sih? Saya merasa begitu. Apalagi kalau ngeblog
berkomunitas, kita jadi merasa ada nggak sendirian, ada temannya.
Hmm, Pada intinya SUKA-nya menjadi blogger dari sudut
pandang saya sebagai personal blogger salah duanya seperti yang saya jelaskan
diatas (masih banyak sebenarnya kalau pengen dijabarkan lagi tapi dua itu paling
mewakili perasaan saya untuk saat ini). Tentu saja kalau dipandang dari sudut
komersil, SUKA-nya jauh lebih menyenangkan. :D
Mama Blogger yang bahagia! |
Kalau duka atau kesulitannya nge blog, mungkin dalam me
manajemen waktu menulis atau blogwalking kali ya. Saya tipe kalau menulis harus
duduk sendirian, dalam keadaan tenang, dan mengeluarkan isi kepala saya tanpa
interupsi. Jadi mungkin proses menulis blog yang saya lakukan akan sedikit
lebih lama jika dibandingkan dengan orang lain, sehingga kuantitasnya jadi
lebih sedikit.
Barangkali itu dulu yang bisa saya share. Semoga tulisan ini ada manfaatnya ya. Terimakasih sudah membaca 😊
20 comments
Tapi jadi berasa banget bahwa kita udah tumbuh yah. Semoga kita bisa semangat terus nulis di blog yah